Pages

30 Mei 2014

Jangan Meratapi Kekurangan


Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda menyadari bahwa Anda punya kelemahan dan kekurangan? Anda meratapinya? Atau Anda berusaha untuk belajar dari sesama untuk meningkatkan ketrampilan?

Ada dua ember yang sering dipakai petani untuk menyiram bawang putih di kebunnya. Ember yg satu bocor dan yang satunya utuh. Setiap hari petani itu menggunakan kedua ember itu untuk menyiram bawang putih. Ia mengambil air dari kolam yang ada di belakang rumahnya. Bawang-bawang putih tumbuh subur dan memberikan hasil yang sangat memuaskan bagi petani itu.

Namun suatu hari, ember yang bocor itu merasa tidak nyaman. Ia mengeluh, "Pak Tani, maaf ya. Selama menjadi ember, saya tidak maksimal dalam membantu bapak. Karena saya bocor dan sampai di kebun bawang putih, air untuk menyiram tinggal separuh saja."

Pak Tani berkata, "Saudara ember bocor, Anda tidak perlu bersedih. Lihat bunga-bunga di pot di pinggiran kolam itu. Subur khan? Itu karena setiap kali saya ke kebun, tetesan-tetesan bocormu itu menyirami bunga. Terima kasih!"

Ember bocor itu pun makin percaya diri. Ia membiarkan dirinya dipakai oleh petani itu setiap hari. Bunga-bunga tumbuh subur dan memberi keindahan selama ember bocor itu digunakan oleh Pak Tani.

Sahabat, banyak orang merasa minder oleh kehadiran mereka yang dirasa kurang memberi makna bagi kehidupan bersama. Mengapa? Karena mereka punya kelemahan-kelemahan. Mereka punya kekurangan-kekurangan yang membuat diri mereka terasa kurang.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa sebenarnya kita semua memiliki kekurangan-kekurangan dalam kehidupan ini. Namun kekurangan itu jangan membuat kita cemas. Kita tidak perlu merasa sedih dengan kekurangan yang ada pada diri kita. Kekurangan-kekurangan mesti membantu kita untuk membuka diri bagi bantuan orang lain.

Orang yang rendah hati akan menerima kekurangan sebagai kekuatan untuk maju dalam hidup ini. Karena itu, orang mesti berusaha untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Dengan menemukan kekurangan-kekurangan itu, orang bisa menggunakannya untuk memperbaiki hidup ini.

Kelemahan atau kekurangan yang ada pada diri menjadi kesempatan bagi kita untuk belajar sesuatu yang baru. Kita dapat belajar dari sesama kita yang memiliki kemampuan di bidang yang kita sendiri lemah. Misalnya, seseorang yang pandai dalam bidang matematika bias mengajar kita yang tidak mampu dalam bidang ini. Dengan demikian, kita bisa meningkatkan kemampuan kita.

Dengan belajar dari orang lain, kita meningkatkan ketrampilan-ketrampilan kita. Kita mengasah kemampuan-kemampuan kita menjadi semakain baik hari demi hari. Sayang, banyak orang lebih sering meratapi kekurangan dan kelemahan dirinya. Semestinya orang tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan karena kekurangan dan kelemahan dirinya. Mari kita berusaha meningkatkan ketrampilan kita dengan belajar dari sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1096

14 Mei 2014

Ampunilah maka Kita akan Sembuh




Memiliki hati yang lemah lembut membantu orang untuk menemukan damai dan kebahagiaan dalam hidup. Namun sering orang menjadikan hatinya keras seperti batu. Akibatnya, orang sulit sekali mengalami damai dan bahagia.

Seorang gadis merasa kecewa luar biasa, ketika ia harus putus hubungan dengan seorang lelaki pujaannya. Sudah hampir sepuluh tahun membangun relasi, tetapi akhirnya harus mengakhirinya dengan kesedihan. Bukannya kebahagiaan yang diraih dalam hidup, tetapi justru derita batin yang mesti ia bawa terus-menerus dalam hidupnya.

Gadis itu tidak bisa memaafkan tindakan kekasihnya yang memilih gadis lain untuk menjalani hidup perkawinan. Baginya, perbuatan kekasihnya itu sangat menyakitkan hatinya. Ia tidak bisa serta merta mengampuninya.

Karena itu, ia menaruh dendam terhadap mantan kekasihnya itu. Ia memusuhi mantan kekasihnya itu. Ia tidak pernah mau menegurnya di saat berpapasan dengan mantan kekasihnya itu. Ia mendoakan agar mantan kekasihnya itu tidak bahagia dalam hidup perkawinannya. Bahkan kalau boleh, Tuhan memberi mantan kekasihnya itu celaka.

Hidup dalam situasi seperti itu ternyata tidak membahagiakan gadis itu. Bahkan ia merasa selalu dikejar-kejar oleh rasa dendam. Hatinya selalu tidak terasa tenang. Selalu saja ada sesuatu yang mengganggu dirinya. Lama-kelamaan ia pun mulai menyadari kondisi dirinya. Ia kemudian mendatangi seorang bijaksana. Ia meminta nasihat untuk melepaskan diri dari situasi seperti itu.

Orang bijaksana itu menganjurkan gadis itu untuk mengampuni mantan kekasihnya. Kalau ia mengampuni mantan kekasihnya itu, ia akan melepaskan diri dari belenggu kebencian yang sedang menerpa dirinya. Setelah gadis itu berusaha untuk mengampuni mantan kekasihnya, hidupnya menjadi lebih baik. Batinnya terasa damai dan bahagia.

Sahabat, orang yang keras hatinya akan memanen hal-hal yang tidak baik dalam hidupnya. Kekerasan hati hanya membuat orang hidup dalam kecemasan. Hati tidak tenang. Hati selalu dikejar-kejar oleh kondisi hati yang tidak baik itu. Karena itu, orang mesti membuang hati yang keras itu. Orang mesti menggantinya dengan hati yang lemah lembut.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa hati orang yang keras membuat orang tidak bahagia dalam hidup ini. Orang merasa terancam oleh orang yang menyakiti hatinya. Gadis itu bisa lepas dari situasi hati yang sakit setelah berani mengampuni mantan kekasihnya. Mengampuni orang lain ternyata mengobati dirinya sendiri.

Gadis itu kemudian mengalami damai dan bahagia dalam hidupnya berkat pengampunan tulus dari dirinya bagi mantan kekasihnya itu. Meski kekasihnya tidak tahu tentang pengampunan itu, gadis itu telah mengalami damai dan bahagia. Pengampunan yang tulus itu telah menyelamatkan jiwanya.

Memang, tidak mudah mengampuni orang yang menyakiti hati kita. Namun mengampuni menjadi lebih baik, karena orang dilepaskan dari suasana kebencian dan dendam yang menguasai dirinya.

Orang beriman mesti memiliki hati yang lemah lembut. Hati yang mudah mengampuni sesama yang bersalah terhadap dirinya. Hati yang lemah lembut itu hati yang mampu mengubah suasana hidup. Orang menjadi lebih bahagia dan damai dalam hidupnya. Mengampuni menjadi kunci merebut kebahagiaan dalam hidup.

Mari kita terus-menerus menciptakan hati yang lemah lembut. Dengan demikian, kita dapat menemukan hidup yang damai dan bahagia. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1095

13 Mei 2014

Menghargai Kehadiran Sesama

 
Sering orang kurang peduli terhadap hidup sesamanya. Orang merasa bahwa kehadiran sesamanya hanya untuk memenuhi keinginan dirinya.

Ada seorang suami yang suka menyakiti istrinya. Ia memukul istrinya. Ia pernah menempeleng istrinya dengan keras. Bahkan ia pernah menghukum istrinya dengan mengikat kedua tangan dan kakinya. Ia menuduh istrinya berselingkuh dengan lelaki lain. Padahal tuduhan itu kemudian tidak terbukti benar. Pernah ia menyiram istrinya dengan air panas. Persoalannya sangat sepele, yaitu istrinya lupa memberi makan anak-anak ayam peliharaannya.

Istrinya tampak tenang-tenang saja. Ia tidak bisa melawan. Ia hanya bisa pasrah meski penyiksaan demi penyiksaan mesti ia terima. Bibirnya tersenyum, tetapi hatinya menangis pedih perih. Dalam hati ia berdoa, agar suaminya meninggalkan kebiasaan menyiksa dirinya. Ia memohon kepada Tuhan agar Tuhan mengampuni kesalahan-kesalahan suaminya. Ia juga memohon agar suaminya berubah.

Namun suatu ketika sang istri mengalami sakit di dadanya akibat dari penyiksaan-penyiksaan itu. Ia juga mulai batuk-batuk setiap malam. Ia tidak mampu menahan penyiksaan-penyiksaan itu. Ia muntah darah. Tidak lama kemudian ia menutup matanya untuk selama-lamanya. Ia meninggalkan tiga orang anaknya yang sangat disayanginya. Sedangkan sang suami meratapi kepergian istrinya. Ia menyesal telah melakukan kekerasan terhadap istrinya.

Sahabat, penyesalan selalu datang terlambat. Setelah peristiwa tragis merenggut nyawa, orang baru sadar bahwa semestinya sudah sejak awal orang tidak melakukan kekerasan. Nasi sudah menjadi bubur. Nyawa yang hilang tidak mungkin dibangkitkan lagi.

Soalnya adalah mengapa orang berani menyakiti sesamanya, bahkan orang yang sangat dekat dengannya? Karena orang tidak menyadari bahwa sesamanya itu adalah bagian dari dirinya sendiri. Orang hanya mau menang sendiri. Orang merasa dirinya yang paling benar dan baik. Karena itu, orang boleh menyakiti sesamanya. Padahal tanpa alasan yang jelas pun orang tidak boleh menyakiti sesamanya. Orang punya hak untuk mendapatkan perlindungan dari sesamanya.

Karena itu, orang mesti sadar bahwa setiap kali menyakiti sesama, orang juga melukai dirinya sendiri. Kisah di atas menunjukkan hal ini. Ketika sang istri meninggal, sang suami yang menyiksa istrinya itu mengalami kehilangan. Ia mengalami kesepian dalam hidupnya. Penyesalannya tidak berguna.

Menyiksa sesama itu ibarat orang sedang menendang sebuah tembok. Orang tersebut merasakan sakit di kakinya. Mungkin kakinya terluka. Mungkin kakinya bengkak atau patah. Ia merasakan sendiri sakit itu. Ia melukai dirinya sendiri. Hatinya terluka begitu mendalam. Begitu pula orang yang menyakiti sesamanya, sebenarnya ia menyakiti dirinya sendiri.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk memberikan perhatian kepada sesama kita. Kita tidak boleh menyakiti sesama kita. Untuk itu, kita perlu hindari tindakan yang menyakiti sesama kita. Dengan demikian, sesama kita mengalami sukacita dalam hidupnya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1094

07 Mei 2014

Cinta Sejati mesti Ditumbuhkan


Dalam hidup ini, sebenarnya apa yang dibutuhkan oleh Anda? Apakah mobil mewah yang bisa membawa Anda ke mana-mana dengan aman dan nyaman? Atau istri cantik atau suami ganteng yang selalu berada di sisi Anda? Atau harta kekayaan yang melimpah yang membuat hati Anda tenang?

Ada seorang bapak yang suka gonta-ganti mobil mewah. Ia suka memburu mobil-mobil mewah itu. Ia mengira bahwa setiap kali ia memiliki mobil mewah, hatinya akan tenang. Ternyata tidak! Ia selalu tidak puas dengan setiap mobil mewah yang telah dimilikinya. Ia selalu resah. Ia terus-menerus memburu mobil mewah itu.

Lantas apa yang sebenarnya dibutuhkan manusia di zaman sekarang ini? Kalau bukan harta kekayaan dan kemewahan, lalu apa? Seorang bapak selalu resah, karena memiliki istri yang sangat cantik. Mengapa? Ia selalu curiga, jangan-jangan istrinya selingkuh karena disukai banyak kaum pria. Jadi apa yang membuat manusia tenang dalam hidup ini?

Sahabat, pertanyaan-pertanyaan di atas membawa kita pada suatu refleksi yang mendalam tentang hidup ini. Apa yang paling utama kita butuhkan dalam hidup ini sebenarnya cinta atau kasih sayang. Cinta membuat orang tenang dalam hidupnya. Cinta yang tulus membuat orang berani menjalani hidup ini apa adanya. Semua kekayaan dan kemewahan yang dimiliki hanyalah sarana untuk memiliki cinta yang tulus. Kalau orang tidak mengalami cinta yang tulus berkat harta yang melimpah, orang mesti berpikir ulang tentang harta yang melimpah itu.

Menurut seorang psikolog, untuk dapat sehat secara mental, yang diperlukan seseorang adalah cinta. Orang mesti menyadari lebih dalam bahwa manusia hidup dari cinta, hidup oleh cinta dan juga untuk cinta. Viktor Frankl mengatakan bahwa cinta adalah tujuan utama dan tertinggi yang dapat dicapai manusia.

Psikolog terkenal ini berkata, ”Saya menangkap makna rahasia terbesar yang melingkar dalam syair, dalam pikiran dan keyakinan manusia, yaitu penyelamatan manusia diperoleh lewat cinta dan di dalam cinta.”

Karena itu, yang mesti dilakukan oleh manusia dalam hidup ini adalah menghidupi cinta tanpa syarat. Suatu cinta yang senantiasa mengutamakan kebahagiaan dalam hidup ini. Inilah cinta sejati. Cinta yang merupakan hadiah yang diberikan secara cuma-cuma kepada orang lain.

Tugas seorang beriman adalah memberikan cinta yang tulus dan sejati kepada sesamanya, siapa pun mereka. Sering orang memilih-milih siapa yang dapat dicintainya. Namun cinta yang sejati tidak memilih-milih. Erich Fromm, psikolog yang terkenal dengan bukunya, The Art of Loving, menulis tentang cinta tak bersyarat. Menurut Fromm, cinta tak bersyarat berhubungan langsung dengan kerinduan yang paling dalam, bukan hanya kerinduan pada anak, melainkan kepada setiap manusia.

Mari kita tumbuhkan cinta dan kasih sayang dalam hidup kita. Dengan demikian, kita mampu menciptakan suatu dunia yang lebih baik. Kita mampu mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

1093

04 Mei 2014

Kebenaran Masih Dibutuhkan dalam Hidup



Kebenaran sering menjadi taruhan dalam hidup ini. Banyak orang menyelewengkan kebenaran, karena ingin hidup aman dan tenteram. Mereka mengabaikannya, karena ingin menikmati hidup yang penuh dengan ketidakjujuran.

Suatu hari seorang anak menceritakan sesuatu yang salah yang dilakukan oleh teman kelasnya. Menurutnya, temannya itu telah nyontek selama ulangan. Ia menceritakan hal itu kepada teman-temannya yang lain. Akibatnya, teman-temannya marah terhadap teman yang disangka nyontek itu.

Mereka mendatanginya. Mereka meminta, agar dia mengakui bahwa dia nyontek. Tidak mengerjakan ulangan dengan jujur. Anak itu membela diri. Soalnya adalah ia tidak melakukan hal itu. Ia sudah belajar dengan baik. Ia mengerjakan soal-soal ulangan dengan baik pula. Ia yakin, ia akan memperoleh hasil yang baik.

Mereka tidak bisa membuktikan bahwa teman mereka telah nyontek selama ulangan. Mereka tidak apa-apakan dia. Biasanya mereka akan memarahi teman mereka yang kedapatan nyontek waktu ulangan. Kali ini mereka tidak bisa buat apa-apa, karena mereka mendengar cerita dari teman yang lain.

Selidik punya selidik, ternyata teman mereka itu mengatakan suatu kebohongan. Ia ingin merusak nama baik temannya itu. Ia benci terhadap sesamanya itu. Karena itu, ia mengatakan yang tidak benar tentang dirinya. Akibatnya, anak yang berbohong itu kehilangan banyak teman. Ia tidak disukai karena telah menyebarkan berita bohong tentang teman kelasnya. Kebohongan itu ternyata tidak bertahan lama. Ia akan menguap seperti air di samudera yang luas. Hilang tanpa bekas.

Sahabat, mengapa kebohongan mudah digerus oleh zaman? Karena kebohongan tidak punya kekuatan. Kebohongan tidak punya bukti-bukti yang kuat untuk mempertahankan diri. Karena itu, kebohongan sering bertahan untuk waktu yang tidak lama. Cepat lenyap dari hadapan manusia. Nilai kebenarannya tidak ada, sehingga tidak punya kekuatan apa-apa.

Sedangkan kebenaran itu penuh kekuatan. Kebenaran itu kuat seperti angin yang memporakporandakan. Kebenaran mampu menghancurkan tipu muslihat, karena kekuatannya yang dahsyat itu. Ketika orang menceritakan kebohongan, orang kehilangan hubungan dengan kekuatan yaitu kebenaran.

Memang, orang yang selalu berpegang teguh pada kebenaran selalu mengalami godaan-godaan. Bahkan orang seperti ini dipandang sebagai ancaman bagi orang yang hidupnya dipenuhi dengan kebohongan. Namun orang yang mengandalkan kebenaran mesti bertahan. Tidak boleh menyerah. Tidak boleh tergoda untuk mengikuti jalan orang yang suka berbohong. Orang seperti ini tidak boleh larut dalam tipu muslihat kebohongan.

Sebagai orang beriman, kita mesti senantiasa mengandalkan kebenaran dalam hidup ini. Orang yang berpegang pada kebenaran selalu memperjuangkan kebaikan bersama. Sedangkan orang yang mengandalkan kebohongan hanya memperjuangkan kepentingan dirinya sendiri. Yang penting dirinya senang dan orang lain mengalami susah dan derita.

Mari kita terus-menerus memperjuangkan kebenaran dalam hidup ini. Dengan demikian, kita berkenan kepada Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1092

03 Mei 2014

Orang Beriman Andalkan Tuhan



Sering manusia ingin berjalan sendiri menurut keinginan-keinginannya. Namun ada banyak rintangan yang membuat manusia jatuh ke dalam godaan dan dosa.

Ada seorang bapak yang menurut istrinya sangat baik hati. Setiap kali istrinya melakukan suatu kesalahan ia selalu memakluminya. Setelah memberi nasihat sekedarnya, bapak itu memaafkan istrinya. Situasi seperti itu memberikan suatu semangat dalam hidup berkeluarga. Sang istri merasa hidup ini menjadi lebih bermakna. Ia dapat melayani kebutuhan-kebutuhan hidup bersama dengan baik.

Suatu ketika, sang suami melakukan kesalahan yang berat. Ia tertangkap tangan sedang menjual narkoba. Ia mesti mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia ditahan pihak berwajib. Ia pun kemudian diadili atas perbuatannya itu. Hukuman yang mesti dijalani oleh sang suami sangat berat, yaitu 15 tahun penjara.

Bagi sang istri, situasi seperti itu membuat ia patah semangat. Ia mesti membesarkan anak sematang wayangnya sendirian sementara suaminya mesti mendekam di penjara. Ia mesti memulai hidup tanpa sang suami yang sangat dicintainya itu.

”Bagaimana saya bisa menjalani hidup ini tanpa suami saya? Dialah yang selalu membesarkan hati saya setiap kali saya jatuh ke dalam dosa. Apa yang akan terjadi ketika saya jatuh ke dalam dosa? Siapa yang akan membesarkan hati saya? Siapa yang akan memaafkan saya?” kata sang istri.

Istri itu terus-menerus dihantui oleh situasi tersebut. Namun ia mesti bangkit. Ia mesti memulai hidup baru tanpa sang suami di sisinya setiap hari. Ia masih punya tanggung jawab atas anak yang dilahirkannya. Karena itu, ia pun bangkit. Dengan kemampuan yang dimilikinya, ia berjuang untuk mengatasi persoalan-persoalan hidupnya. Ia membesarkan dan membahagiakan anaknya.

Sahabat, manusia semestinya tidak terlalu larut dalam kesedihan. Orang boleh saja mengalami penderitaan dalam hidup. Tetapi orang mesti punya keyakinan bahwa masih ada secercah cahaya yang mampu membangkitkan dirinya dari keterpurukan. Cahaya itu adalah iman kepada Tuhan. Ketika orang mampu menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan, orang akan mampu bangkit. Orang tidak begitu saja terpuruk dan mati dalam penderitaannya.

Kisah di atas mengajak kita untuk tetap bertahan dalam penderitaan. Kita mesti bangkit. Kita mesti mencari cara-cara terbaik untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup kita.

Soalnya adalah mampukah kita mengandalkan Tuhan dalam hidup kita? Bukankah ada orang yang kurang percaya bahwa Tuhan mampu memberi pertolongan bagi dirinya? Bukankah ada orang yang menempatkan Tuhan sebagai pemain cadangan dalam hidupnya? Banyak orang mau datang kepada Tuhan hanya ketika mereka membutuhkan-Nya. Padahal Tuhan selalu siap untuk membantu manusia kapan dan di mana saja.

Karena itu, yang dibutuhkan dari hidup manusia adalah sikap penyerahan hidup yang total kepada Tuhan. Artinya, orang mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya penolong dalam hidupnya. Orang mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya penyelamat dalam hidup ini.

Mari kita serahkan seluruh hidup kita ke dalam kuasa Tuhan. Dengan demikian, kita dapat semakin percaya bahwa Tuhan sungguh penolong kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1091

02 Mei 2014

Mengapa Hati Manusia Menjadi Keras

Prinsip hidup yang kuat sering membuat orang memiliki hati yang keras. Apa yang diinginkan selalu ingin dipenuhi. Akibatnya, orang mengalami hati yang keras dalam kehidupannya.

Ada seorang pemuda yang terkenal dengan ketegaran hatinya. Ia punya prinsip yang kuat dalam hidupnya. Soalnya, prinsip-prinsip hidupnya itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kehidupan bersama. Ia mau hidup dengan caranya sendiri. Misalnya, ia merasa bahwa orang tidak perlu bayar pajak kepada pemerintah. Alasannya adalah pihak pemerintah selalu menyalahgunakan hasil pajak itu. Dalam hal ini ia menjadi orang yang cuek. Ia tidak peduli.

Ketika diberi penjelasan oleh teman-temannya tentang hal ini, ia tidak mau juga mengerti. Ia tetap saja bertahan pada prinsipnya. Ia mau agar semua orang bebas pajak. Pemerintahlah yang seharusnya memfasilitasi masyarakatnya. Pasalnya, pemerintah menguasai semua sektor yang menghasilkan devisa bagi negara.

Akibatnya, ia disingkirkan banyak orang karena prinsip hidupnya yang dianggap aneh. Namun ia tidak peduli. Ia hidup dengan cara pandangnya sendiri. Ia tidak ingin didikte oleh orang lain. Ia punya pilihan dan cara hidup sendiri. Ia tidak ingin orang lain mencampuri urusan dirinya itu.

Sahabat, tampaknya kisah di atas menunjukkan bahwa pemuda itu orang yang tidak gampang bertobat. Meski sudah dijelaskan dan diberi pengertian, ia mau hidup dengan caranya sendiri. Ia tetap bertahan pada prinsip-prinsip hidupnya sendiri yang dirasakannya benar. Ia memang orang yang tegar. Bisa saja bahwa orang seperti ini akan ditinggalkan banyak orang. Orang yang hidup dengannya akan selalu merasa ada yang tidak beres. Tidak ada yang klop berhadapan dengan orang seperti ini.

Soalnya, mengapa orang sulit sekali untuk bertobat? Jawabannya adalah manusia selalu menganggap diri benar. Manusia menjalankan apa yang menurut dirinya sendiri baik dan benar. Padahal belum tentu apa yang dipikirkan dan dilakukannya itu benar dan baik bagi sesama.

Dalam hubungannya dengan Tuhan, orang yang sulit bertobat itu merasa tidak membutuhkan Tuhan. Ia merasa bisa melakukan apa saja tanpa bantuan Tuhan. Mungkin dalam pikirannya, kehadiran Tuhan hanyalah mengganggu dirinya. Karena itu, lebih baik ia melaksanakan apa yang menjadi kehendak dirinya sendiri. Ia tidak perlu mendengarkan kehendak Tuhan bagi hidupnya.

Orang seperti ini menutup diri terhadap kehendak Tuhan bagi dirinya sendiri. Lebih baik ia melaksanakan kehendaknya sendiri daripada melaksanakan kehendak Tuhan. Menurut orang seperti ini, kehendak Tuhan itu tidak jelas. Kehendak Tuhan kurang menyenangkan dirinya.

Namun Tuhan tetap menaruh kasih kepada orang seperti ini. Tuhan mau agar orang seperti ini juga senantiasa menemukan kebaikanNya dalam hidup sehari-hari. Rahmat Tuhan akan tetap menaungi dirinya. Hingga suatu saat orang seperti ini akan sadar bahwa ia membutuhkan Tuhan bagi perjalanan hidupnya. Ketika ia mengalami kebuntuan dalam hidupnya, ia akan datang kepada Tuhan. Ia akan bersujud di hadapan Tuhan dan mohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya.

Mari kita buang hati kita yang tegar. Hati yang keras seperti batu kita ubah dengan hati daging yang lemah lembut. Hati yang mudah tersentuh oleh kebaikan Tuhan. Dengan demikian, kita dapat memiliki hidup yang kekal. Kita mampu berjalan bersama Tuhan dalam hidup sehari-hari. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/SIGNIS INDONESIA


1090

01 Mei 2014

Berani Bersabar demi Yang Lebih Baik



Apakah Anda punya kesabaran yang tinggi dalam hidup ini? Kalau Anda mesti menunggu seorang teman yang berjanji untuk menjumpai Anda, namun setelah enam jam ia belum datang juga, apakah Anda masih sabar menunggunya? Kalau Anda punya kesabaran yang tinggi, Anda akan menunggunya sambil mengerjakan pekerjaan rutin Anda. Namun kalau Anda kurang punya kesabaran, Anda akan meninggalkannya. Anda tidak akan peduli terhadap dirinya. Di sinilah kesabaran dan kesetiaan seseorang diuji.

Banyak orang mengatakan kesabaran itu kekuatan yang menjadikan seseorang tabah, tekun dan berani dalam hidup ini. Tabah mengandung unsur tahan derita, tidak mudah mengeluh. Sakit dan derita dijalani sebagai bagian dari hidup.

Orang yang tekun itu tidak putus asa. Orang yang tekun itu penuh pengharapan, karena yakin bahwa pasti ada jalan untuk mengatasinya. Berbagai persoalan yang dihadapi akan diatasi dengan penuh semangat. Ketekunan membantu seseorang untuk menemukan cara-cara yang brilian dalam mengatasi setiap persoalan hidupnya.

Orang yang berani biasanya orang memiliki kesiapsediaan untuk menghadapi situasi hidupnya. Peristiwa-peristiwa hidup dilalui dengan sukacita, karena berani menghadapinya dengan tenang. Meski ada derita dalam pengalaman hidup, tetapi yang berani akan tetap punya optimisme dalam hidupnya. Dengan demikian, orang tetap bertahan dalam hidupnya. Orang tidak mampu digoyahkan oleh berbagai persoalan dan pengalaman pahit hidup ini.

Sahabat, tentang kesabaran, Richard Calson berkata, ”Semakin kita sabar, semakin kita dapat menerima hidup ini apa adanya, bukan semakin memaksa hidup ini persis seperti yang kita kehendaki.” Misalnya sekarang Anda jatuh sakit, pasti Anda menghendaki cepat sembuh. Dengan berbagai cara Anda akan mengupayakan kesembuhan itu. Namun kesembuhan butuh proses. Proses berarti butuh waktu. Dan untuk berjalan dalam proses waktu, dibutuhkan kesabaran.

Kalau Anda seorang yang sedang dirawat di rumah sakit, Anda butuh beberapa tahap untuk mencapai kesembuhan. Tahap pertama pemeriksaan fisik secara sistimatis oleh dokter, kemudian tindakan dan pemulihan. Terhadap tahapan-tahapan ini dibutuhkan kesetiaan dari Anda untuk menjalaninya.

Kesabaran itu seperti tumbuhnya sebatang pohon yang menghasilkan buah untuk dimakan. Untuk dapat menghasilkan buah, pohon tersebut harus melewati proses pertumbuhan yang panjang: tumbuh, bunga, buah. Proses ini butuh waktu yang panjang. Mungkin satu atau dua tahun. Mungkin juga sepuluh atau dua puluh tahun, baru sebatang pohon memberikan buah yang segar bagi hidup manusia. Untuk itu, dibutuhkan kesabaran.

Orang beriman itu mesti menumbuhkan kesabaran dalam hidupnya. Kalau berdoa, orang beriman tidak bisa mengharapkan hasil dalam waktu sejenak. Orang mesti sabar menanti jawaban dari Tuhan. Mungkin Tuhan akan menjawab perrmohonan-permohonannya, namun tidak persis seperti yang diharapkan. Memang, Tuhan tidak wajib mengabulkan setiap permohonan kita. Karena itu, kita mesti tetap berharap dengan penuh iman kepada Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Majalah FIAT/SIGNIS INDONESIA


1089