Pages

04 November 2014

Memperbaiki Relasi yang Rusak dengan Rela Mengampuni

Bagaimana Anda memperbaiki relasi Anda yang sedang kurang harmonis? Saya yakin, Anda tentu punya berbagai cara.

Hubungan Eminem dan ibundanya, Deborah "Debbie" Mathers, sempat bermasalah. Dia bahkan menyindir sang bunda di lagu "Cleaning Out My Closet", beberapa tahun lalu. Namun, dia menyesal dan meminta maaf atas perbuatannya.

Rapper asal Detroit, Amerika Serikat, ini membuktikan hal tersebut dengan melibatkan Deborah di video klip untuk lagu terbarunya berjudul "Headlights". Di MV tersebut, dia memeluk sang bunda dan berterima kasih atas perjuangan yang dilakukannya. Lagu ini digarap oleh sutradara yang juga nominasi peraih Oscar, Spike Lee.

Video Klip ini dimulai dengan Deborah yang tengah mendengarkan lagu Eminem di TV. Foto masa lalu Eminem saat remaja pun muncul, ketika dia membuka foto album keluarga. Deborah lalu berusaha menemui Eminem, namun ditolak oleh para pengawal di gerbang rumahnya.

Lagu ini dirilis bertepatan dengan Hari Ibu Amerika Serikat. Headlights juga masuk dalam album Eminem tahun 2013, The Marshall Mathers LP 2. Dalam lagu ini, Eminem berduet dengan Fun's Nate Ruess.

Spike mengaku sangat tersentuh dengan lirik lagu "Headlights". Dia juga menilai lagu tersebut menceritakan makna dari sebuah kehidupan.

“Aku sangat suka dengan narasinya, untuk apa yang terjadi di 'Headlights'. Itu adalah cerita yang sangat bagus. Itu tulus, ada beberapa rasa sakit, tapi itulah kehidupan. Jadi itulah alasannya kita di sini, kembali ke asal, 8 Mile Detroit, syuting di mana semua ini bermula,” kata Spike Lee.

Sahabat, hidup yang kurang harmonis bisa diperbaiki. Sayang, banyak orang merasa bahwa hidup yang kurang harmonis itu lebih baik dihancurkan saja. Akibatnya, relasi semakin memburuk bahkan hancur berantakan. Terjadi perang dingin antarsesama. Saudara bisa menjadi lawan. Bahkan ibu kandung bisa diperlakukan dengan kurang hormat.

Kisah Eminem di atas menjadi sebuah pelajaran yang sangat bermakna bagi kehidupan kita di zaman modern ini. Mengampuni ternyata lebih baik daripada menyingkirkan. Berdamai kembali dengan orang yang terdekat dengan kita ternyata membuahkan kebaikan bersama. Karena itu, kesadaran Eminem untuk berdamai kembali dengan sang ibu merupakan suatu keutamaan yang indah.

Ketika menghadi relasi yang kurang harmonis, banyak orang di zaman sekarang lebih mudah dihancurkan. Mengapa? Karena orang berprinsip bahwa sesuatu yang sudah rusak itu lebih baik dibuang. Seperti barang yang rusak tidak perlu diperbaiki. Orang membuangnya, karena dapat membeli ganti yang baru.

Tentu saja hal seperti ini bukan cerminan orang yang beriman. Orang beriman mesti selalu memperbaiki relasi yang sedang rusak. Relasi yang kurang harmonis mesti diperbaiki, bukannya dihancurleburkan. Mengapa? Karena manusia memiliki hati daging, bukan hati batu yang keras dan beku.

Mari kita terus-menerus membangun kembali relasi yang kurang harmonis di antara kita. Dengan demikian, kita dapat membangun sebuah relasi yang lebih baik dan berguna bagi hidup bersama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

1167

31 Oktober 2014

Mengendalikan Emosi demi Hidup Damai


Apa yang akan terjadi, kalau Anda menjadi bulan-bulanan ejekan? Saya yakin, hati Anda terasa sakit. Mungkin Anda akan marah terhadap orang yang melakukannya.

Berawal dari sakit hati karena diejek, MF alias Al (14) pelajar sebuah SMP di Jakarta Timur tega membacok rekannya Yakobush Lincoln Abraham Yunus (13) siswa kelas VII SMP Advent Ciracas, Jakarta Timur. Di hadapan penyidik Polres Metro Jakarta Timur, MF telah mengakui kejadian yang dilakukannya pada Sabtu (10/5) pukul 20.00 WIB. MF bersama enam temannya menemui Bus, sapaan akrab Yakobush, di sebuah lapangan di dekat rumahnya di Jalan Pule Dinas Kebersihan, Ciracas, Jakarta Timur.

“Hasil pemeriksaan penganiayaan dilatarbelakangi pelaku sakit hati terhadap korban. Korban dianiaya dengan senjata tajam sampai akhirnya meninggal, karena kehabisan darah,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Timur, Ajun Komisaris Besar Didik Sugiarto.

Sebelumnya, MF mengakui telah merencanakan melakukan penganiayan kepada korban. Pasalnya, ketika menemui Bus, MF melalui temannya AS alias M (14), telah menyiapkan sebilah celurit. Sebelum MF menyerang Bus, mereka terlihat sempat adu mulut. Bahkan MF mencekik leher korban dengan tangan kirinya sampai akhirnya terjadi penganiayaan.

Rekan Bus yang juga berada di lokasi kejadian langsung melarikan Bus ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo. Sayang, dalam perjalanan korban kehabisan darah dan langsung meninggal.

Kepala Polisi Sektor Ciracas, Komisaris Suwanda mengatakan, pelaku dendam lantaran kerap diejek oleh korban. “Dia (MF) sering di kata-katain setiap kali bertemu. Kemudian timbul rasa ingin balas dendam,” kata Suwanda.

Sahabat, dendam yang dipendam bisa menjadi malapetaka bagi kehidupan. Soalnya, mengapa orang merasa dendam terhadap orang lain? Tentu saja ada banyak alasan orang merasa dendam terhadap orang lain. Namun menghakimi orang lain tetap menjadi suatu perbuatan melawan hukum. Apalagi sampai melakukan perbuatan kriminal terhadap sesama.

Kisah di atas menjadi suatu kisah yang memilukan hati manusia. Memang, tidak enak rasanya menjadi bulan-bulanan ejekan dari orang lain. Namun orang mesti menyadari bahwa menghakimi sendiri orang yang mengejek kita, bukan suatu tindakan yang benar. Ada jalur hukum yang bisa dilakukan untuk meminta keadilan. Sayang, MF tidak mau mengambil jalur hukum. Ia ingin menjadi hakim sendiri. Hasilnya, sangat tragis bagi kehidupan.

Orang beriman mesti memupuk kesabaran dalam hidup. Dengan demikian, orang tidak terbawa emosi yang kemudian berakibat tragis bagi kehidupan orang lain. “Janganlah engkau menghakimi sesamamu manusia, agar Anda tidak dihakimi dengan lebih berat lagi,” kata seorang bijaksana.

Ungkapan ini mau mengajak kita untuk selalu berusaha mengendalikan emosi kita. Emosi yang tidak terkendali hanya menimbulkan suasana hidup yang tidak harmonis. “Kalau Anda sedang dalam perjalanan menuju pengadilan bersama lawanmu, sebaiknya Anda mengajak lawanmu itu berdamai. Jangan sampai Anda yang dijebloskan ke dalam penjara,” kata Yesus.

Tentu saja orang beriman tidak ingin hidup orang lain mengalami dukacita karena perbuatannya. Justru sebaliknya, orang beriman selalu memperjuangkan kebaikan dalam hidup ini. Mari kita terus-menerus memperjuangkan damai dalam hidup ini. Dengan demikian, hidup kita menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1166

29 Oktober 2014

Menghargai Karya Cipta Orang Lain



Apa yang akan terjadi ketika karya cipta Anda dirusak oleh orang lain? Anda pasti marah. Anda pasti tidak terima atas perlakuan seperti itu.

Taman Bungkul, Surabaya, yang indah itu sekejap hancur berantakan. Ribuan kaki meningjak-injak taman yang dibangun dengan susah payah oleh pemerintah Kota Surabaya itu. Hancur luluh gara-gara massa berebutan es krim gratis. Padahal taman itu menjadi ikon Kota Surabaya. Taman itu menjadi tempat masyarakat membangun relasi yang lebih baik.

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini pun murka karena tanaman di taman itu rusak. Risma pun langsung mendatangi acara itu sekitar pukul 10.30 WIB. Ia langsung mencari panitia dan langsung menumpahkan amarahnya mendapati taman kebanggaan warga Surabaya itu rusak. Ia pun berencana menuntut PT Unilever, pabrik pembuat Wall's.

Risma bersama jajarannya langsung turun sendiri memperbaiki taman itu. Sejumlah alat berat dan truk pengangkut sampah dikerahkan untuk melakukan pembersihan dan penataan kembali kondisi taman.

“Kami ingin secepatnya memulihkan kondisi Taman Bungkul ini. Nggak enak keindahan kota menjadi sedikit tercoreng,” kata Muhammad Fikser, Kabag Humas Pemkot Surabaya.

Fikser menjelaskan, perhatian Wali Kota Surabaya atas kerusakan tanaman di Taman Bungkul dan di sejumlah taman jalan Darmo serta Serayu cukup tinggi. Ketika berangkat menuju ke Balaikota, Risma menyempatkan diri mampir ke Taman Bungkul melihat kondisi kerusakan dan memberi semangat kepada para pekerja kebersihan taman.

Sebelumnya diberitakan, sedikitnya lima jenis tanaman langka di Taman Bungkul Surabaya rusak, akibat terinjak-injak pengunjung acara pembagian es krim gratis yang digelar Wall's, Minggu (11/5/2014). Hancurnya tanaman tersebut, menyebabkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat mengamuk. Risma langsung mendatangi Taman Bungkul dan memarahi panitia acara tersebut.

Tanpa menyapa maupun berkenalan, Risma menghardik panitia penyelenggara. “Kalian tahu berapa lama kami bangun taman ini! Kalian tahu tidak! Pidanakan mereka! Tuntut dengan pasal perusakan lingkungan!,” kata Risma.

Sahabat, menghargai karya orang lain itu sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan ini. Apalagi karya itu untuk orang banyak. Sebuah taman yang membawa kesejukan bagi banyak orang, bukan hanya untuk beberapa orang. Sebuah taman yang menjadi tempat istirahat untuk menemukan semangat baru setelah seharian bekerja keras mencari nafkah.

Kisah kemarahan Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, merupakan sesuatu yang wajar. Taman yang ia bangun bertahun-tahun bersama masyarakat itu rusak dalam sekejap mata oleh kaki-kaki masyarakat. Taman itu tidak berbentuk lagi hanya untuk memperebutkan es krim gratis. Ia menjadi marah juga karena penghargaan yang begitu rendah dari pihak penyelenggara bagi-bagi gratis es krim.

Menghargai orang lain tentu tidak hanya memberi trophy atau plakat kepada orang yang bersangkutan. Tetapi menghargai orang lain itu diberikan dengan menghormati karya cipta orang lain. Tidak merusak atau memunahkannya hanya karena hal-hal yang bernilai rendah dari diri kita.

Orang beriman tentu saja senantiasa menghargai karya cipta orang lain. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk menemukan sukacita dan bahagia dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1165

Membentengi Anak-anak dari Kekerasan Seksual

 

Apa yang akan Anda lakukan terhadap anak-anak Anda dalam kondisi di mana sekarang ini marak terjadi pelecehan seksuaal? Saya yakin, Anda akan melindungi mereka. Anda akan membuat program-program preventif bagi mereka.

Peran orangtua terhadap tumbuh kembang anak menjadi benteng pertahanan anak untuk terhindar dari tindak kejahatan atau kriminalitas baik sebagai korban maupun sebagai pelaku.

Arif Satria, Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, berkata, "Orangtua hendaknya memberikan perhatian kepada setiap anak dengan penuh, agar segala perubahan perilaku yang dialami anak dapat terdeteksi."

Arif mengatakan, orangtua juga harus memastikan setiap keluhan anak terkait fisik dan psikologinya. Mereka mesti menanggapinya dengan penuh perhatian dan serius. Mereka mesti mengecek keadaan fisik dan psikis anak setiap pulang sekolah. Mereka mesti memilih sekolah yang dapat memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara 'holistic' berbasis karakter.

Ia menjelaskan, kasus kekerasan terhadap anak usia dini yang marak diberitakan saat ini tidak hanya terjadi di sekolah internasional di Jakarta, tetapi beberapa sekolah.

Sahabat, beberapa pekan terakhir pada bulan April yang lalu, kita dikejutkan oleh peristiwa kekerasan seksual terhadap anak-anak. Peristiwa ini tidak hanya terjadi di kota besar seperti Jakarta. Namun terjadi juga di banyak tempat di negeri ini. Bahkan ada seorang peleceh seksual atau pedofil melakukannya terhadap lebih dari seratus anak.

Pertanyaannya, apa yang sebenarnya terjadi dalam diri para pedofilia itu? Tentu saja hal ini merupakan suatu kelainan seksual yang mesti diwaspadai oleh semua orang. Apalagi oleh anak-anak yang sedang bertumbuh dan berkembang. Kepribadian anak-anak yang menjadi korban pelecehan seksual ini pasti mengalami keguncangan.

Setelah peristiwa-peristiwa itu terjadi, apa yang mesti dilakukan oleh para orangtua? Kiranya hal yang sangat penting adalah pendampingan para orangtua bagi anak-anak mereka. Kalau orangtua menyadari bahwa anak-anak adalah warisan masa depan mereka, maka semestinya mereka memberikan perlindungan bagi anak-anak mereka.

Anak-anak mesti mendapatkan perhatian yang sangat instens. Mengapa? Karena anak-anak membutuhkan kesempatan untuk membangun hidup dan karakter mereka. Anak-anak membutuhkan waktu dari orangtua mereka untuk mengajari mereka hal-hal yang baik dan benar dalam kehidupan ini.

Soalnya adalah banyak orangtua merasa terlalu sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan mereka. Banyak orangtua yang menyerahkan pengasuhan anak-anak mereka kepada pengasuh atau baby sitter. Akibatnya, mereka sendiri kurang mengenal pribadi anak-anak mereka. Mereka kurang tahu apa yang sedang terjadi dengan anak-anak mereka.

Sebagai orang beriman, kita ingin membantu anak-anak yang sedang bertumbuh dan berkembang untuk meraih cita-cita yang mulia. Anak-anak adalah masa depan bangsa dan Negara ini. Karena itu, mereka mesti selalu mendapatkan prioritas dalam perhatian dan kasih yang lebih mendalam.

Mari kita terus-menerus melindungi dan mencegah setiap perbuatan jahat terhadap anak-anak kita. Dengan demikian, mereka dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk meraih cita-cita mereka. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1164

21 Oktober 2014

Mempunyai Kepedulian terhadap Sesama




Apa yang akan terjadi ketika di sekitar Anda berhimpun orang-orang yang memerlukan bantuan Anda? Anda mengusir mereka pergi? Atau Anda tergerak hati untuk membantu mereka?

Beberapa waktu lalu terjadi penangkapan Bupati Bogor Rachmat Yasin oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal ini menambah daftar kepala daerah yang tersangkut kasus hukum. Hampir sebagian besar kasus yang melibatkan gubernur dan wali kota atau bupati terkait dengan korupsi.

"Posisinya sekarang sudah 325 kepala daerah yang terjerat hukum. Baik masih berstatus tersangka atau sudah menjadi narapidana," kata Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Djohermansyah Djohan.

Tentu saja jumlah ini sangat besar. Begitu banyak kepala daerah yang ternyata bertindak tidak jujur terhadap rakyat yang telah memilih mereka. Padahal rakyat sangat berharap bahwa pilihan mereka itu akan memimpin mereka dengan penuh kejujuran. Para pemimpin itu semestinya menjalankan tugas sebaik-baiknya demi rakyat. Bukan demi diri mereka sendiri. Sayang, harapan seperti ini tidak terjadi.

Djohermansyah kuatir, kalau tidak ada perubahan sistem, jumlah kepala daerah yang terkena kasus hukum pasti bertambah banyak. Faktor mahalnya biaya kampanye pemilukada juga turut menyumbang kepala daerah untuk balik modal.

Alhasil, mereka ada kecenderungan untuk berupaya mencari uang dengan cara apa pun, hingga akhirnya harus berurusan dengan aparat hukum. "Nah, jadi kita mengkaji bahwa salah satu faktor penyebab dari proses hukum tersangkut korupsi itu suap adalah karena besarnya kewenangan kepala daerah," katanya.

Sahabat, ketika sebuah kasus korupsi terkuak, hati kita semestinya merasa sakit. Peristiwa seperti ini merupakan suatu ledakan dari penipuan terhadap hati nurani yang terjadi selama ini. Seorang pemimpin yang melakukan korupsi sebenarnya membunuh banyak rakyat yang dipimpinnya. Semestinya anggaran digunakan untuk pembangunan bagi kesejahteraan rakyat banyak. Namun anggaran itu ternyata hanya dipakai untuk diri sendiri.

Dalam berbagai berita, kita masih menyaksikan begitu banyak rakyat yang hidup dalam keterbatasan. Ada orang yang sulit sekali mendapatkanya makanan hanya untuk makan sekali sehari saja. Ada sekolah-sekolah yang lebih layak disebut sebagai kandang ayam. Ada banyak gelandangan yang begitu banyak di kota-kota. Mereka tidur di emperan took, ketika malam menjelang.

Namun di sisi lain, ada orang yang merampok uang rakyat untuk berfoya-foya. Mereka melakukan korupsi demi memenuhi keinginan diri mereka. Sungguh tragis situasi seperti ini. Hati mereka keras dan beku. Tidak punya ketergerakkan hati untuk berbagi hidup dengan sesamanya.

Orang beriman tentu saja mesti memiliki hati yang lebih peduli terhadap sesamanya. Orang beriman itu orang yang selalu mengutamakan kejujuran dalam kehidupan. Orang yang senantiasa peduli terhadap sesamanya. Orang yang selalu bekerja bagi kepentingan hidup sesamanya.

Mari kita memupuk hati kita, agar memiliki kepedulian terhadap sesama. Dengan demikian, semakin banyak orang memiliki harapan akan masa depan yang lebih baik. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ



1163

16 Oktober 2014

Melayani dengan Bebas

 

Apa yang akan Anda rasakan ketika Anda melayani orang lain dengan sikap terpaksa? Saya yakin, Anda akan merasa tidak nyaman. Anda merasa apa yang Anda lakukan kurang memberikan buah bagi hidup Anda.

Suatu hari seorang guru bijaksana mengirim murid-muridnya ke suatu desa. Setelah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka, murid-murid itu kembali kepada guru bijaksana itu. Mereka melapor, “Guru, kami diterima dengan baik. Kami diberi makan dan minum serta penginapan yang baik sekali. Tetapi lebih dari itu, nama guru menjadi tersohor di sana.”

Guru bijaksana itu berkata, “Memang benar apa yang telah terjadi. Kalian adalah orang-orang yang patuh setia. Namun jangan bersukacita karena kalian bisa buat apa saja di desa itu. Jangan kalian hanya tergiur oleh pelayanan-pelayanan yang diberikan. Lebih dari itu, kalian mesti menunjukkan kebaikan-kebaikan dari hati yang tulus.”

Semua murid itu terpesona oleh kata-kata sang guru bijaksana itu. Mereka berjanji untuk tidak bangga akan perbuatan-perbuatan yang menaikkan popularitas diri mereka. Mereka ingin melakukan hal-hal yang baik dan benar bagi kehidupan manusia. Mereka tidak ingin terperosok ke dalam puja dan puji murahan.

Sahabat, ada berbagai sebab mengapa seseorang bangga akan dirinya. Ada orang yang bangga, karena dapat mengalahkan lawan-lawannya. Seorang pelajar bangga dapat meraih nilai tertinggi saat ujian. Ada orang yang bersukacita karena dapat tampil di hotel mewah dan menghibur banyak orang dengan sukses.

Kisah di atas mengingatkan kita bahwa kita tidak hanya bangga dan bersukacita atas hal-hal yang kecil. Masih ada hal-hal yang lebih besar yang semestinya memberikan kebanggaan dan sukacita yang lebih besar. Orang bangga karena dapat melayani banyak orang. Orang bersukacita karena dapat berbagi hidupnya kepada sesamanya. Orang dapat membahagiakan sesamanya.

Tentu saja hal seperti ini tidak mudah, karena manusia masih dilingkupi oleh kepentingan-kepentingan dirinya. Manusia masih sering didominasi oleh egoismenya. Manusia masih dikuasai oleh rasa senang atau tidak senang dalam melayani sesamanya. Tentu saja hal seperti ini menghambat perkembangan dan kemajuan manusia. Semestinya orang dengan bebas dan rela melayani sesamanya. Sebuah pelayanan yang dilakukan dengan terpaksa hanya menjadi beban bagi kehidupan.

Orang beriman mesti berani beralih dari pelayanan yang hanya dilakukan secara terpaksa ke suatu pelayanan dengan sepenuh hati. Hal ini akan membantu orang beriman untuk dengan bebas melayani orang lain. Tidak ada beban yang mesti dipikul. Semuanya menjadi suatu kerelaan yang dengan bebas diemban sbagai makhluk ciptaan Tuhan.

Hasilnya adalah kebahagiaan yang akan dinikmati dalam hidup. Bukan sekedar suatu kenikmatan fisik, tetapi lebih dari itu suatu kebahagiaan batin yang dialami lebih langgeng dalam hidup ini.

Mari kita terus-menerus berusaha untuk semakin melayani dengan hati yang tulus. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk mengalami sukacita yang belimpah-limpah. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1162

08 Oktober 2014

Menerima Perbedaan untuk Memperkaya Hidup



Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda diperlakukan secara tidak adil? Saya yakin, Anda akan marah. Anda akan merasa sakit di hati

Dani Alves, back sayap Barcelona FC, beberapa waktu lalu memperoleh perlakuan rasis dari fans Klub Villarreal. Seorang penonton melempar pisang kepadanya saat ia hendak mengambil tendangan pojok. Ia segera mengambil pisang itu dan memakannya di hadapan para penonton sebelum melakukan tendangan bebas.

Jawaban atas lemparan pisang itu, Dani Alves mengaku terkejut mendapatkan banyak dukungan dari berbagai kalangan. Rasanya, Alves ingin membalas perlakuan fans itu di internet. Di Eropa, melempar pisang kepada seseorang merupakan simbol rasialisme, karena menyatakan orang tersebut sama dengan monyet.

Pemain dari seluruh dunia memposting sebuah gambar sambil memegang pisang, sebagai bentuk dukungan terhadap Alves. Presiden FIFA, Sepp Blatter, juga menyesalkan tindakan fans Villarreal itu. Sebagai hukumannya, fans itu dihukum seumur hidup tidak boleh memperlihatkan batang hidungnya di El Madrigal, Stadion Vilareal.

Dalam sebuah wawancara, Alves mengaku dukungan itu sungguh mengejutkannya. "Saya terkejut karena semua orang memberikan dukungan. Itu merupakan sesuatu yang saya lakukan tanpa memikirkan dampaknya. Dunia telah berkembang dan kita harus berevolusi dengan itu. Jika bisa, saya ingin memposting foto suporter itu di internet untuk balas mempermalukannya," kata pemain asal Brasil itu.

Sahabat, dunia sudah maju begitu pesat. Sayang, masih ada saja orang-orang yang punya pikiran yang picik. Orang hanya mementingkan dirinya sendiri. Masih ada orang yang hanya berjuang untuk rasnya sendiri. Padahal peradaban manusia telah berevolusi dalam kemajuan yang pesat.

Kisah di atas menjadi suatu kisah yang sangat menyedihkan bagi kehidupan manusia. Rasa hormat terhadap sesama begitu rendah. Padahal semua orang memiliki martabat yang sama. Tuhan menciptakan manusia itu setara. Tuhan pun mencintai semua ciptaan itu tanpa membeda-bedakan. Karena itu, ketika seseorang mendiskreditkan sesamanya, ia menolak ciptaan Tuhan sendiri. Artinya, orang itu menolak kebaikan Tuhan bagi hidupnya.

Tuhan menciptakan manusia dengan warna kulit dan ras yang berbeda-beda dengan maksud yang baik. Tuhan ingin, agar manusia saling berbagi kehidupan. Hal ini juga mau menegaskan bahwa kehidupan ini memiliki warna-warni. Hidup yang berwarna-warni itu hidup yang menyenangkan dan baik.

Karena itu, orang beriman mesti terus-menerus memperjuangkan kehidupan bersama sebagai upaya untuk menemukan damai. Orang beriman mesti berani berbagi kehidupan meski memiliki ras yang berbeda. Perbedaan itu memperkaya kehidupan manusia. Mengapa? Karena melalui perbedaan itu orang saling belajar tentang hal-hal yang baik dan menyenangkan.

Mari kita terus-menerus menghargai kehidupan ini dengan menerima perbedaan yang ada. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk saling memperkaya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1161

02 Oktober 2014

Memberi Semangat kepada Orang yang Dekat

 
Apa yang akan Anda lakukan, kalau bawahan Anda melakukan kesalahan dalam bekerja? Anda diamkan saja? Atau Anda menegurnya sambil memberikan pengarahan kepadanya?

Ada seorang pemimpin yang agak judes. Setiap kali ada anak buahnya yang melakukan kesalahan, ia selalu berkata ketus. Ia tidak peduli apakah kesalahan itu kecil atau besar. Ia tidak punya rasa toleransi. Namun dengan cara itu, para karyawannya belajar untuk bertanggung jawab atas pekerjaan mereka. Para karyawannya menjadi lebih teliti dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

Hasilnya sangat mengagumkan. Usaha yang mereka lakukan bersama-sama itu berkembang pesat. Mereka boleh membangun hidup yang lebih baik berkat upah yang mereka peroleh semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hidup para karyawan itu menjadi semakin sejahtera.

Tentang sikapnya itu, pemimpin itu berkata, ”Saya punya cara tersendiri menghadapi kesalahan yang dilakukan oleh para karyawan saya. Memang saya tampak judes, tetapi setelah itu saya membimbing mereka untuk memperbaiki diri. Dengan cara begitu, para karyawan itu tidak merasa dihancurkan. Justru mereka merasa disapa.”

Menurut pengakuan para karyawannya, mereka mendapatkan banyak hal baik dari sikap pemimpin mereka. Memang, ketika mereka melakukan kesalahan, terasa sakit saat ditegur. Namun begitu mendapat bimbingan yang baik dan benar dari pemimpin, mereka berkembang menjadi lebih baik.

Sahabat, tidak setiap pemimpin mempunyai pendekatan yang sama terhadap suatu masalah. Ada pemimpin yang begitu peduli terhadap bawahannya sampai-sampai tidak melihat sedikit pun kesalahan yang dilakukan bawahannya. Pemimpin seperti ini biasanya terlalu percaya kepada bawahannya. Bahayanya, saat bawahannya menipu dirinya, ia tidak menyadarinya.

Namun ada pemimpin yang peduli terhadap pekerjaan bawahannya. Ia tidak hanya memberi tanggung jawab seluas-luasnya kepada bawahannya. Namun ia juga mau mendampingi bawahannya itu saat bekerja. Ketika bawahannya melakukan kesalahan, ia tidak segan-segan menegurnya. Namun teguran itu lebih bersifat mendidik bagi kemajuan usaha dan bawahan tersebut.

Kisah di atas menunjukkan kepada kita betapa pentingnya pendampingan bagi mereka yang bekerja dengan kita. Sering kita yang menjadi pemimpin kurang mau tahu terhadap para pegawai atau bawahan kita. Kita membiarkan mereka bekerja sesuai dengan kemampuan mereka. Sebenarnya tidak hanya cukup seperti itu. Mereka butuh pendampingan penuh kasih. Mereka butuh perhatian yang memberikan mereka ketenangan dalam hidup.

Karena itu, perhatian terhadap mereka menjadi hal yang utama dalam usaha-usaha kita. Para karyawan itu aset yang sangat penting bagi kemajuan usaha kita. Untuk itu, mereka perlu mendapatkan penyegaran dengan sapaan-sapaan yang menyenangkan hati mereka. Dengan demikian, mereka dapat memiliki semangat untuk terus memacu diri mereka. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

Hidup yang Damai membawa Sukacita

Hidup yang damai menjadi dambaan setiap orang. Namun orang sering sulit mengalaminya, karena egoisme yang berlebihan.

Di saat-saat terakhir hidup anaknya, seorang bapak mengunjungi anaknya itu di rumah sakit. Sang anak sedang mengalami penderitaan yang luar biasa. Ia terserang leukimia. Terjadi pembengkakan di levernya. Sudah lama sang ayah tidak bertemu dengan anaknya. Pasalnya, sang ayah sedang merantau.

Lagi pula sang ayah pergi merantau lantaran terjadi percekcokan di antara mereka. Karena itu, beberapa bulan sebelum kematian anaknya ia sudah mendapat kabar. Namun ia tidak mau segera pulang. Ia masih merasakan sakit hati, karena diusir oleh anaknya itu. Tetapi sehari sebelum anaknya itu meninggal, ia tiba-tiba muncul di rumah sakit.

Sial baginya. Hanya lima menit ia berjumpa dengan anaknya. Ia berdoa untuk anaknya. Di ujung doanya, sang anak menghembuskan nafas terakhirnya. Bapak itu tidak habis pikir. Mengapa anaknya begitu cepat pergi sebelum ia sempat mengucapkan kata-kata permohonan maaf?

Ia sangat kecewa. Ia ingin berdamai dengan anaknya. Namun kesempatan itu tidak pernah ia rasakan. Pengampunan tidak pernah meluncur dari mulut anaknya. Semuanya berlalu begitu saja.

Sahabat, kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kita. Kita sepertinya menunggu akhir hidup kita masing-masing. Kapan akhir hidup itu tiba, kita sama sekali tidak tahu. Karena itu, yang dibutuhkan dari kita adalah kita memiliki hati yang bersih. Yang dibutuhkan adalah hidup yang baik dan berkenan kepada Tuhan dan sesama.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa berdamai dengan sesama mesti selalu tercipta dalam hidup ini. Damai itu kunci dari seluruh perjalanan hidup kita. Ketika kita mengalami damai dan sukacita, dunia ini menjadi suatu tempat yang aman bagi kita. Orang akan menyesal, kalau damai dan pengampunan tidak ia temukan dalam hidup ini.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk terus-menerus memperjuangkan hidup yang damai. Hidup dalam damai itu menyadarkan kita akan kasih Tuhan kepada kita. Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, karena Tuhan mengasihi kita. Karena itu, ketika kita berani mengampuni dosa dan kesalahan sesama, kita menciptakan damai bagi sesama. Hidup dalam damai akan membawa kebahagiaan bagi diri kita dan bagi semua orang yang ada di sekitar kita.

Mari kita berusaha untuk senantiasa memperjuangkan damai dalam hidup ini. Tuhan yang mahapengasih dan penyayang itu menjadi dasar bagi kita untuk hidup dalam damai. Mengapa? Karena Tuhan itu sumber damai bagi kita. Tuhan memberikan rahmat damai itu bagi kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1159

Belajar dari Tuhan yang Berbelaskasih

 
Apa yang Anda pelajari dari Tuhan, Sang Pencipta? Tentu saja ada banyak hal yang dapat kita pelajari, karena Tuhan itu sumber segala sesuatu.

Suatu hari, seorang anak membantu ayahnya bekerja di ladang. Sambil bekerja, ia membayangkan masa depannya yang cerah. Ia berusaha untuk mengikuti petunjuk ayahnya. Setiap kali ia mau menanam sesuatu, ia selalu membicarakan dengan ayahnya. Dengan begitu, lama-kelamaan ia dapat mengerti dengan baik cara becocok tanam.

Belajar dari pengalaman itu, semakin lama ia semakin ahli dalam bercocok tanam. Namun ia tetap punya kreativitas. Dengan pendidikannya yang semakin tinggi, ia dapat menggunakan berbagai variasi dalam bercocok tanam.

Ia tidak hanya mengikuti petunjuk ayahnya. Ia mengembangkan sendiri kemampuannya. Kolaborasi antara pengetahuan yang ia miliki dengan praktek yang ia dapatkan dari sang ayah ternyata sangat berhasil baik. Ketika ia mesti membuka ladang sendiri, ia dapat memberikan hasil yang sangat baik bagi keluarganya. Ia boleh merasakan sukacita. Ia boleh menemukan kebahagiaan dalam hidupnya.

Sahabat, dalam hidup ini ada berbagai hal yang dapat kita kembangkan untuk kemajuan hidup kita. Ada berbagai ilmu yang dapat membantu kita untuk melakukan hal-hal yang berguna bagi hidup kita. Yang penting adalah cara kita menggunakan ilmu-ilmu itu untuk kemajuan diri kita. Untuk itu, orang mesti terbuka terhadap berbagai kemajuan zaman. Orang tidak bisa berpatokan pada satu ilmu saja yang dimilikinya.

Hal ini tentu membutuhkan suatu sikap untuk terus-menerus belajar. Orang yang mau belajar terus-menerus biasanya akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Berbagai ilmu ia serap untuk dirinya. Namun ia tetap kreatif untuk memilah-milah, mana yang baik untuk dirinya dan mana yang tidak.

Orang seperti ini biasanya juga memiliki kerendahan hati untuk menerima hal-hal baru. Hal-hal yang baru bukan menjadi halangan baginya untuk menambah ilmu baru. Hal-hal yang baru itu bukan saingan terhadap apa yang sudah ada dalam dirinya. Justru hal-hal baru itu digunakan untuk memperkaya dirinya.

Sebagai orang beriman, kita mesti terus-menerus belajar untuk menemukan diri kita. Belajar berarti kita menimba hal-hal baru untuk hidup kita. Belajar berarti kita ingin membuka hati kita lebar-lebar untuk kasih Tuhan. Tuhan begitu baik terhadap kita. Tuhan senantiasa mencurahkan rahmat-Nya untuk manusia.

Orang beriman mesti selalu belajar dari Tuhan yang mengasihi manusia tanpa batas. Kita belajar dari Tuhan untuk peduli terhadap sesama. Kita belajar dari Tuhan yang memberi hidup kepada kita. Dengan demikian, kita pun menjadi orang-orang yang memberi hidup bagi sesama.

Mari kita berusaha untuk selalu berserah diri kepada Tuhan. Dalam kerendahan hati yang mendalam, kita membiarkan Tuhan bekerja dalam diri kita. Biarlah Tuhan yang menuntun hidup kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1158

30 September 2014

Memupuk Ikatan Batin



Tentu saja setiap kita memiliki ikatan batin dengan seseorang yang dekat dengan kita. ketika ada kerinduan yang dalam hadir dalam batin kita, kita ingin bertemu dengan orang itu.

Pernahkah Anda mengalami keadaan, saat Anda sedang memikirkan seseorang, lalu dia tiba-tiba menelpon atau mengirimkan kabar kepada Anda? Atau tiap malam bermimpi tentang seseorang dan ternyata orang tersebut sedang dalam keadaan sakit? Barangkali itulah yang disebut ikatan batin. Ikatan batin mampu membuat Anda terhubung secara ajaib dengan seseorang. Mampu menembus ruang, jarak dan waktu.

Setiap kita memiliki ikatan batin dengan orang lain, dengan orangtua, dengan saudara, sahabat, juga dengan kekasih hati. Ikatan batin timbul karena cinta yang tulus. Kadang orang bilang, ikatan batin itu muncul karena chemistry yang cocok.

Ada syair indah dari lagu If My Heart Was A House karya Owl City berbunyi: Circle me and the needle moves gracefully, back and forth, If my heart was a compass you’d be north. Risk it all cause I’ll catch you when you fall, wherever you go if my heart was a house you’d be home.

Sahabat, ikatan batin sangat dibutuhkan dalam membangun kehidupan yang bahagia. Pasangan suami istri, misalnya, mesti selalu memiliki ikatan batin itu. Tujuannya agar mereka selalu saling menciptakan kerinduan yang dalam di antara mereka. Bukankah pasangan suami istri juga sering dipisahkan oleh kesibukan pekerjaan? Dalam kondisi demikian, mereka membutuhkan saat untuk mengisi batin mereka dengan ikatan batin itu.

Syair lagu My Heart Was A House memberi kita inspirasi untuk terus-menerus memupuk ikatan batin di antara kita. Lingkarilah aku dan jarum bergerak dengan penuh rahmat, ke belakang dan ke depan, kalau hati saya adalah sebuah kompas Anda akan berada di utara. Jangan takut menghadapai resiko, karena saya akan menangkapmu ketika engkau jatuh, ke mana pun Anda pergi jika hatiku adalah sebuah rumah, Anda akan berada di dalamnya.

Setiap kita punya kerinduan yang sama terhadap orang-orang yang kita cintai. Kita ingin menjalani hidup ini bersama mereka. Kita rindu untuk pulang ke rumah kita masing-masing, ketika kita berada jauh dari rumah. Kita ingin menambatkan hati kita di dalam hati orang-orang yang kita cintai.

Pepatah mengatakan, “Sejauh-jauhnya burung elang terbang, ia akan pulang ke sarangnya di saat senja menjelang.” Kita jauh lebih bermartabat daripada seekor burung elang. Kita tidak hanya memiliki insting. Tetapi lebih dari itu, kita memiliki pikiran, perasaan dan hati nurani.

Ketika suatu kehidupan kita bangun, kita telah memperhitungkan berbagai hal. Kita ingin hidup kita berjalan harmonis, damai dan tenteram. Kita ingin relasi kita selalu indah dalam hidup bersama. Orang beriman tentu saja selalu ingin menyertakan Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Orang beriman tidak mau berjuang sendirian dalam hidup ini.

Karena itu, kita mohon bantuan Tuhan agar ikatan batin yang telah kita miliki diberkati oleh Tuhan. Kita mohon agar Tuhan menguatkan dan memperkokoh kehidupan bersama kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu berkat bagi diri kita dan sesama yang hidup bersama kita. Kerinduan kita untuk hidup bersama orang lain direstui oleh Tuhan yang mahabaik dan mahapenyayang. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

1157

25 September 2014

Melintasi Rute Menuju Kebaikan



Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Anugerah hidup itu tidak disegarkan oleh wewangian harum.

Seorang sahabat mengatakan, di saat seperti itu ia merasa mulai dipermainkan oleh keadaan. Ia merasa terombang-ambing oleh waktu. Apakah ia mesti menunggu untuk melakukan sesuatu tepat pada waktunya? Atau ia mesti segera melaksanakan keinginannya? Ia menjadi bingung.

Ia mengatakan, ia persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan sementara. Hujan yang sedang dinanti-nantikan anak katak itu.

“Sering kali saya seperti anak katak tersebut. Saya tidak menyadari bahwa hal yang tidak menyenangkan adalah rute menuju kebaikan. Ternyata kepekaan, kesadaran, kesabaran dan perjuangn saja tidaklah cukup! Untuk melewati rute itu perlu keberanian dan komitmen agar saya sampai pada titik kehendak Tuhan,” katanya.

Sahabat, banyak orang mengalami kebingungan dalam hidup ini. Ketika berada dalam kondisi demikian, orang lalu mulai kehilangan pegangan hidup. Orang kemudian berjalan tidak tahu arah yang pasti. Orang menjadi terombang-ambing. Apa yang semestinya diputuskan untuk dilakukan?

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tetap bertahan pada komitmen yang telah kita buat di saat kita berada dalam situasi terombang-ambing itu. Hal ini mengandaikan suatu konsitensi dalam hidup. Orang tidak plin-plan dalam mengelola hidupnya. Orang mesti berusaha untuk merasa mantap dalam perjalanan hidupnya.

Untuk itu, orang mesti setia dalam hidupnya. Orang mesti membangun kesetiaan itu tahap demi tahap, langkah demi langkah. Orang tidak bisa mau meraih kesetiaan itu dalam sekejap. Menjadi orang yang setia pada komitmen itu suatu proses yang berjalan terus-menerus dalam kehidupan manusia.

Rute menuju kebaikan mesti dijalani dengan penuh kesabaran dan kesetiaan. Orang yang tergesa-gesa melewati rute kebaikan hanya meraih kekosongan dalam hidupnya. Ada damai yang dialami, namun hanyalah damai yang semu. Damai yang tidak sepenuhya dialami dalam hidup yang nyata.

Karena itu, orang beriman mesti membuka hatinya terhadap rahmat Tuhan. Mengapa? Karena rahmat Tuhan itu membantu manusia untuk menjadi kuat dan bertahan dalam perjalanan hidupnya. Tuhan memberikan semangat dalam rute menuju kebaikan yang dijalani dengan penuh perjuangan. Tuhan tidak pernah mengabaikan setiap perjuangan manusia. Justru Tuhan senantiasa menghargai setiap usaha manusia melintasi rute menuju kebaikan itu.

Mari kita terus-menerus berusaha untuk meraih hidup yang lebih baik. Dengan demikian, kita menjadi orang yang penuh sukacita menjalani hidup ini. Tuhan memberkati.**



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

24 September 2014

Memiliki Kesadaran terhadap Hidup Sesama



Apa konsern Anda terhadap persoalan korupsi yang terjadi dalam hidup kita? Anda tutup mata saja, karena Anda merasa hal ini tidak mempengaruhi diri Anda?

Aktor Lukman Sardi (42) berperan sebagai kepala SMP bernama Ridwan Spd dalam film pendek berjudul Cerita Kami yang diproduksi Badan Pemeriksa Keuangan. Sang kepala sekolah mengorupsi dana bantuan operasional sekolah siswanya, sehingga fasilitas untuk siswa tidak maksimal.

Selepas pemutaran film itu di Medan pada akhir Januari lalu, Lukman berkata, “Saya miris, itu dana untuk anak-anak sekolah.”

Selain Cerita Kami, diputar pula dua film pendek lain, yakni Uang Rujak Emak tentang pelayanan haji di Indonesia dan Kertas Si Omas tentang pengolahan tenaga kerja di Indonesia. Film-film itu diinspirasi oleh temuan BPK di lapangan.

Meski berperan sebagai koruptor, di dunia nyata, Lukman sangat menghindari korupsi, termasuk korupsi waktu. Menurut dia, tak ada yang bisa dikorupsi oleh aktor dalam sebuah produksi film kecuali waktu. Dia berupaya tepat waktu dalam tiap kegiatan. Ia juga mengajarkan anaknya untuk taat aturan.

Bagi Lukman, film adalah media untuk mengajarkan hal yang baik kepada masyarakat, termasuk gerakan antikorupsi. “Apalagi masyarakat kita masih enggan untuk membaca, film menjadi media yang efektif,” katanya.

Sahabat, korupsi apa saja bentuknya pasti merugikan diri dan orang lain. Ketika seseorang mengkorupsi waktu, ia tidak hanya merugikan dirinya sendiri. Tetapi ia juga merugikan orang lain yang bekerja bersama dengannya. Orang membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak begitu berguna. Akibatnya, pekerjaan menjadi terbengkalai.

Kisah di atas menjadi suatu pelajaran yang sangat berguna bagi kita untuk belajar tidak coba-coba untuk melakukan korupsi. Meski kita merasa orang lain tidak tahu apa yang kita lakukan berkenaan dengan korupsi, namun tindakan itu melekat pada diri kita. Sadar atau tidak sadar, kita telah membangun mentalitas korup di dalam diri kita.

Orang yang melakukan tindakan korupsi, dalam bentuk apa pun, sebenarnya tidak menghargai orang lain. Orang seperti ini merasa bahwa hidup ini hanya untuk dirinya sendiri. Orang lain hanyalah pelengkap bagi dirinya sendiri. Karena itu, orang seperti ini tidak takut menyelewengkan berbagai fasilitas umum yang menjadi tanggungjawabnya. Orang merasa bahwa hanya dirinya yang membutuhkan fasilitas-fasilitas itu.

Orang beriman mesti membangun kesadaran untuk menghindari korupsi dalam bentuk apa pun. Mengapa? Karena korupsi menyebabkan penderitaan bagi diri dan sesama. Ketika orang menderita, orang kehilangan sukacita dalam hidupnya. Orang mengalami hidup ini tidak ada kedamaian. Padahal setiap orang ingin memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

Mari kita berusaha untuk melepaskan diri dari tindakan korupsi dengan mendidik diri kita untuk disiplin dalam hidup ini. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk membangun kebahagiaan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/http://inspirasi-renunganpagiblogspot.com

1155

23 September 2014

Memiliki Hati yang Mudah Tergerak

 

Sudahkah Anda memiliki hati yang mudah tergerak oleh penderitaan sesama Anda? Kalau belum, Anda mesti belajar dari sesama Anda. Kalau Anda sudah memilikinya, Anda tinggal memupuknya terus-menerus dalam perjalanan hidup Anda.

Publik boleh saja menyebut bintang Real Madrid dan Tim Nasional Portugal Cristiano Ronaldo sebagai pribadi yang sombong dan bergaya hidup serba mewah. Label tesebut yang sering melekat pada mantan striker Manchester United itu. Namun apa yang dilakukan pemain yang baru saja dinobatkan sebagai pesepakbola terkaya di dunia 2014 ini boleh saja menjadi jawaban atas tuduhan-tuduhan yang ditujukan publik kepadanya. Beberapa bulan lalu Cristiano Ronaldo bersedia membiayai operasi otak penggemar Real Madrid berusia 10 bulan.

Erik Ortiz Cruz memiliki kortikal dysplasia, kelainan otak yang menyebabkan kejang sampai 30 kali setiap hari. Keluarga Cruz telah berusaha keras untuk mengumpulkan uang untuk pengobatan. Besarnya dana yang dibutuhkan membuat mereka mengumpulkan uang secara online.

Lalu datang Ronaldo yang menjawab doa-doa mereka setelah ia mendapat kabar dan memutuskan untuk membiayai seluruh tagihan operasi Erik. Operasi yang dijalani bocah 10 bulan itu menghabiskan biaya sebesar 60 ribu Pounsterling.

Sedangkan biaya sekali tes rutin yang diperlukan untuk waktu yang lama setelah operasi sekitar 6 ribu Poundsterling. Ronaldo juga mengunjunginya di rumah sakit dan membantu mengumpulkan uang tambahan untuk keluarga Erik dengan menyumbang sepatu bola lalu meningkatkan ke lelang amal.

Sahabat, kepedulian terhadap sesama tentu saja menjadi opsi dari setiap orang. Orang mau peduli terhadap sesamanya, karena orang merasa bahwa dirinya adalah bagian dari sesamanya itu. Orang memiliki hati bagi sesamanya yang sedang menderita. Bantuan bagi mereka yang menderita itu sangat meringankan beban.

Kisah di atas mau mengatakan tentang kepedulian seorang bintang besar dari lapangan hijau. Ia tidak hanya berpikir tentang kesejahteraan dirinya sendiri. Tetapi ia juga peduli terhadap sesamanya yang memerlukan bantuan. Meski Cristiano Ronaldo belum pernah melihat orang yang menderita itu, tetapi hatinya tergerak oleh belas kasihan.

Hati yang mudah tergerak itu tidak dimiliki oleh semua orang. Mengapa? Karena setiap orang punya kepentingan diri sendiri yang begitu kuat. Orang tidak gampang memupuk diri untuk memiliki kepedulian terhadap sesamanya. Hati yang mudah tergerak itu mesti dipupuk dalam perjalanan hidup sehari-hari. Hati yang mudah tergerak tidak tiba-tiba muncul begitu saja.

Orang beriman mesti memiliki hati yang mudah tergerak oleh situasi pedih sesamanya. Untuk itu, orang mesti berani memoles hatinya agar mudah tergerak oleh penderitaan sesamanya. Memang, tidak mudah orang memiliki hati yang mudah tergerak oleh penderitaan sesamanya. Namun hal ini menjadi tantangan bagi semua orang untuk memiliki hati yang mudah tergerak oleh penderitaan sesamanya.

Mari kita terus-menerus memupuk hati kita agar mudah tergerak oleh penderitaan sesama kita. Dengan demikian, kita dapat meringankan beban penderitaan sesama kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT/http://inspirasi-renunganpagiblogspot.com

1154

Membuka Hati bagi Penyelenggaraan Tuhan


Apa yang akan terjadi ketika Anda menghadapi ketidaksetiaan dalam perjalanan hidup Anda? Anda membalas dendam?

Kenyataan pahit dialami oleh seorang ibu di sebuah tempat di negeri ini. Bagaimana ia bisa tahan? Suaminya selingkuh dengan anak hasil perkawinannya dengan suami sebelumnya. Ia merasa sakit hati. Ia tidak terima diduakan. Untuk itu, ia melapor ke pihak berwajib di tempatnya berada.

Ibu itu mengaku bahwa pertama kali ia tahu kalau suaminya mendua dari pesan singkat di telepon genggam anaknya yang masih berumur 17 tahun. Sambil menangis tersedu-sdu, ia berkata, “Isinya mengajak pacaran. Awalnya saya biasa saja, tapi saya kaget sekali waktu dicek pengirimnya ternyata suami saya sendiri.”

Mencoba tetap berpikir positif, ibu itu kemudian mengonfirmasi isi pesan singkat itu kepada anaknya. Dia semakin kecewa, karena anaknya membenarkan isi pesan singkat tersebut.

“Saat saya tanya, mengaku dia. Katanya sudah sering mereka melakukan hubungan suami istri,” kata ibu itu.

Ibu itu mengungkapkan bahwa pada 2013 lalu, suaminya juga pernah main serong dengan perempuan lain. Namun saat itu, ia merasa kasihan. Proses hukum di polisi pun dihentikan.

“Tapi kalau sekarang, tangkap saja dia. Masukkan ke penjara sampai busuk,” tantang ibu itu.

Sahabat, hidup ini tidak semulus yang dibayangkan. Hidup berkeluarga juga demikian. Selalu saja ada kerikil-kerikil tajam yang menghadang perjalanan hidup seseorang. Namun orang tidak boleh menyerah pada kenyataan hidup yang pahit. Orang mesti bangkit untuk menghadapi kenyataan hidup ini.

Kisah di atas memang mengenaskan. Sebuah kisah yang membuat manusia seolah-olah tidak berdaya. Sang ibu sudah kehabisan kesabaran menyaksikan orang yang begitu dekat dengannya mengkhianati dirinya. Berseminya cinta baru menjadi penghalang bagi dirinya untuk meneruskan perjuangan cintanya.

Tentu saja hal ini terasa sakit. Hal ini menjadi suatu pembelajaran bagi perjalanan hidup sebagai suami istri. Orang mesti selalu hati-hati dan waspada. Bukan berarti orang selalu hidup dalam kecurigaan demi kecurigaan. Tetapi orang mesti lebih waspada dan bijaksana dalam hidup ini.

Bukankah kisah-kisah seperti di atas tidak hanya sekali ini terjadi dalam perjalanan hidup manusia? Bukankah kisah-kisah seperti ini sudah berlangsung ribuan tahun? Waspada membuka mata dan hati orang untuk menjalani hidup ini dengan bijaksana. Orang mesti mampu mengolah setiap peristiwa hidup yang dialaminya pada hari itu.

Tidak ada seorang perempuan pun yang ingin mengalami hal seperti ini. Ini sebuah tragedi bagi kehidupannya. Artinya, peristiwa ini tidak pernah dibayangkan akan menimpa dirinya. Karena itu, yang dibutuhkan adalah suatu upaya untuk terus-menerus mewaspadai ‘si iblis’ menyelinap ke dalam kehidupan berkeluarga.

Untuk itu, keluarga-keluarga mesti membuka hatinya bagi Tuhan. Keluarga-keluarga mesti mempersilahkan Tuhan ambil bagian dalam kehidupan mereka. Hanya dengan cara ini, keluarga-keluarga mampu mengatasi ketidaksetiaan dalam perjalanan hidup berkeluarga mereka. Mari kita terus-menerus berupaya untuk menjauhkan diri dari ketidaksetiaan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1153

21 September 2014

Mencintai dengan penuh Kasih Sayang


Mampukah Anda mencintai dengan hati yang tulus yang tidak hanya mementingkan diri Anda sendiri? Saya yakin, Anda pasti bisa melakukannya dalam hidup sehari-hari.

Ade Sara Angelina Suroto (19), Ahmad Imam Al Hafiz dan Assyifa Ramadhani dikenal sebagai teman satu SMA. Hubungan ketiganya yang diwarnai cinta, benci, cemburu dan berujung kematian menimbulkan tanda tanya. Ada masalah apa dengan mereka?

Kriminolog Univeristas Indonesia, Bambang Widodo Umar, mengatakan bahwa dari sisi kriminologi kasus pembunuhan terhadap Ade Sara Angelina Suroto merupakan kejahatan ekstrem di luar batas kewajaran. Pelaku bisa saja meniru faktor internal ataupun eksternal dari lingkungan sekitarnya.

Ia juga mengutarakan bahwa tayangan kekerasan di massmedia bisa memicu perilaku meniru. Kadang mereka yang mengonsumsi tayangan kekerasan, meski bersifat imajinatif bisa dianggap sebagai sesuatu yang benar. Orang menampilkan cinta yang begitu besar, tetapi tidak mengenal kasih sayang.

Di sisi lain, kita melihat betapa menyentuh, tegar dan lapang sikap Ibunda dari Ade Sara yang jenasahnya di buang di Tol JORR, Bekasi. Elizabeth Diana, nama ibu itu, mengikhlaskan kematian anaknya. Di hadapan makam anaknya, sang ibu meminta agar Ade Sara memaafkan Ahmad Imam Al Hafiz (19), mantan kekasih yang tega membunuhnya.

Saat menaburkan bunga di makam Sara, TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Jumat (7/3), Elizabeth berkata, "Mama tahu Ade sudah tenang di surga. Mama sudah memaafkan Hafiz dan Shifa. Ade juga maafin yah."

Sahabat, kisah tragis seperti ini semestinya tidak menimpa manusia yang berakal sehat dan normal. Peristiwa tragis ini menunjukkan manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Manusia hanya mau menang sendiri. Manusia hanya mau menuntut untuk dikasihi, tetapi menolak untuk dikasihi.

Kita semua sadar bahwa mencintai itu membutuhkan korban dalam perjalanan hidup manusia. Korban itu mesti datang dari kedua belah pihak. Tidak bisa hanya satu pihak yang menampilkan korban itu. Kalau hanya satu pihak, cinta itu tidak murni. Cinta semacam ini hanya penuh dengan cemburu buta. Cinta semacam ini hanya menimbulkan kegalauan dalam hidup manusia. Akibatnya, manusia akan mengalami dukacita dalam hidupnya. Mencintai, tetapi tidak mengenal kasih sayang terhadap yang lain.

Untuk itu, kita mesti belajar dari peristiwa tragis seperti ini. Cinta mesti dibangun dengan ketulusan hati. Cinta mesti diproses dalam perjalanan hidup yang rela berkorban bagi orang yang dicintai. Ini tidak mudah, karena dalam mencintai orang juga masih memiliki egoisme. Orang masih mementingkan kesenangan dirinya sendiri.

Orang beriman mesti berani berkorban dalam cinta, sehingga orang mengenal kasih sayang terhadap yang lain. Hanya dengan memiliki kasih sayang yang mendalam, orang mampu membangun hidup dalam cinta kasih. Untuk itu, orang membutuhkan bantuan dari rahmat Tuhan. Orang mesti memohon kepada Tuhan untuk memberikan cinta yang tulus tanpa hanya mementingan diri sendiri. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

1152

Memiliki Strategi untuk Meraih Sukses

 


Apa yang Anda lakukan untuk meraih kesuksesan yang gilang-gemilang? Saya yakin, Anda akan membuat strategi-strategi yang jitu untuk meraih impian Anda.

Tontowi dan Liliyana Natzir berjaya di All England dengan merebut gelar ganda campuran kejuaraan bulutangkis. Piala kali ini untuk ketiga kali, setelah mereka merebutnya tahun 2012 dan 2013 lalu. Ganda campuran Nomor 2 di dunia ini berhasil menaklukkan peringkat pertama dunia, yaitu Zhang Nan/Zhao Yunlei dari China.

Selain hattrick di All England, Tontowi/Liliyana juga mencetak hattrick di turnamen India Open Super Series 2011, 2012 dan 2013 serta turnamen Macau Open Grand Prix Gold tahun 2010, 2011 dan 2012.

Tentang kemenangan ini, Liliyana berkata, “Pastinya senang dan bangga bisa hat-trick di All England. Ini tidak mudah. All England adalah turnamen bergengsi dan bersejarah. Tiga gelar berturut-turut di All England adalah hasil yang luar biasa.”

Pasangan ini mempersembahkan sesuatu yang sangat berharga bagi bangsa dan Negara. Mereka berjuang habis-habisan demi sebuah prestasi yang membanggakan bangsa ini. Tantowi Ahmad berkata, “"Saya tidak bisa berkata-kata, yang pasti kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak seperti pelatih, rekan-rekan ganda campuran di pelatnas, orangtua dan keluarga.”

Tontowi/Liliyana tampil memukau pada partai final itu. Pasangan rangking dua dunia ini langsung bermain menekan dari awal pertandingan. Tentang hal ini, Liliyana berkata, “Kami langsung in dari awal game pertama. Sehingga lawan tidak bisa mengembangkan permainan. Biasanya kami kalau bertemu Zhang/Zhao sering berakhir rubber game. Tetapi dua kali bertemu di final All England, kami bisa menang straight game.”

Sahabat, sebuah pujian tentu kita alamatkan kepada Tantowi dan Liliyana. Mereka telah mengorbankan hidup mereka demi meraih prestasi yang tinggi bagi negeri ini. Saat banyak atlet mengalami kesulitan untuk berprestasi, mereka membuktikan kerja keras mereka dengan meraih juara.

Tidak gampang seseorang meraih sukses di bawah tekanan yang besar. Tentu saja orang mesti menyiapkan segala kekuatan dan tenaga untuk meraih kesuksesan itu. Berkorban menjadi satu-satunya pilihan untuk meraih sukses yang gilang-gemilang itu. Tantowi dan Liliyana sudah membuktikan hal ini. Ketika mereka mesti berkorban, mereka meraih kesuksesan. Padahal mereka mesti menghadapi sejumlah pemain yang juga hebat.

Sayang, banyak orang merasa bahwa sukses itu diraih dengan bermalas-malasan. Banyak orang bermimpi untuk hidup damai dan tenteram, namun mereka tidak mengusahakannya. Akibatnya, yang didapat justru sebaliknya. Yang didapat adalah percekcokan yang terus-menerus terjadi.

Orang beriman mesti berani meninggalkan mimpi-mimpi indahnya tentang kehidupan yang lebih baik. Orang beriman menggantinya dengan perjuangan keras dalam membangun hidup yang lebih baik. Hanya dengan usaha keras, orang meraih kesuksesan dalam hidup.

Mari kita brani berkorban untuk meraih hidup yang lebih baik. Dengan demikian, hidup ini memiliki makna yang mendalam. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1151

13 September 2014

Berjuang Tanpa Kenal Lelah demi Meraih Sukses



Apa yang akan Anda lakukan, ketika perjuangan hidup Anda terasa hampa? Anda putus asa? Atau Anda tetap berjuang untuk keluar dari kehampaan hidup Anda?

Para pebulutangkis Indonesia menutup pagelaran All England Super Series Premier 2014, pada Minggu (9/3), di National Indoor Arena, Birmingham, Inggris, dengan merebut gelar juara. Trofi di kejuaraan tertua dan bergengsi di dunia itu datang dari Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Unggulan pertama ganda putra itu menaklukkan pasangan Jepang Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa, 21-19, 21-19.

Bagi Hendra dan Ahsann gelar itu adalah gelar pertama mereka di All England. Mereka sekaligus mengakhiri 10 tahun paceklik gelar ganda putra di kejuaraan tersebut. Sebelumnya, ganda putra Indonesia yang terakhir menjadi juara di Birmingham adalah Sigit Budiarto dan Candra Wijaya pada 2003.

"Kami senang sekali bisa memenangkan gelar juara All England, tetapi kami tak mau berpuas diri. Masih banyak tugas kami di kejuaraan-kejuaraan selanjutnya,” kata Mohamad Ahsan.

Hendra mengaku, mereka sempat tegang saat bermain di final itu. Namun semangat pantang menyerah membuat mereka berhasil mengatasi lawan. “Pasangan Jepang bermain bagus. Mereka memiliki pertahanan yang solid dan tidak gampang mati. Pelatih banyak memberikan masukan kepada kami selama pertandingan final. Mereka mengingatkan kami untuk selalu siap,” tutur Hendra yang seorang Katolik ini.

Untuk merebut gelar itu, pasangan Indonesia itu mesti bekerja keras. Mereka mesti punya strategi yang jitu untuk menaklukan para penantang mereka. “Kami juga punya keyakinan bisa memenangkan gelar ini. Kami sudah berjuang habis-habisan. Kami juga sudah melakukan persiapan selama sebulan lebih,” kata Hendra Setiawan.

Sahabat, perjuangan yang keras pantaslah mendapatkan hasil. Namun perjuangan itu tumbuh melalui suatu proses. Kemenangan tidak tiba-tiba datang. Orang mesti menjalani dalam suatu proses yang berlangsung terus-menerus. Tentu saja dalam perjalanan menuju sukses itu, orang menghadapi berbagai rintangan dan tantangan.

Kisah kesuksesan Hendra dan Ahsan di kejuaran bulutangkis All England memberi kita inspirasi untuk tetap memiliki kesabaran dalam meraih kesuksesan. Sering banyak orang tidak sabar saat berjuang meraih kesuksesan dalam hidup mereka. Akibatnya, mereka mengambil jalan pintas. Mereka tidak mau berjuang dengan usaha yang lebih keras.

Misalnya, mereka pergi ke dukun untuk meramalkan hal-hal yang dirasa akan didapat dengan segera. Mereka mempersembahkan apa yang mereka miliki untuk mendapatkan yang lebih besar lagi. Atau ada yang mumpung punya jabatan lantas menyalahgunakan jabatan itu. Caranya adalah memanipulasi data untuk mendapatkan keuntungan yang banyak.

Tentu saja perbuatan seperti itu hanya memberikan kebahagiaan sesaat. Orang merasa memiliki apa yang diperoleh dengan tidak halal itu. Namun setelah itu hati nurani orang akan selalu terganggu. Ada sesuatu yang selalu mengejarnya dalam perjalanan hidup ini. Orang merasa takut sendiri.

Orang beriman senantiasa berjuang bersama Tuhan. Orang beriman tanpa kenal lelah dalam berusaha keras. Untuk itu, orang mesti berani mempertaruhkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Bekerja tanpa rahmat Tuhan orang tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi hidupnya. Mari kita berjuang bersama Tuhan untuk meraih kesuksesan hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1150

03 September 2014

Memiliki Hati yang Berbela Rasa




Apa yang akan Anda lakukan ketika berhadapan dengan sesama yang sedang menderita? Anda biarkan dia begitu saja? Atau Anda mau hadir dalam penderitaannya?

Seorang ibu tua menanti dengan setia setiap perkembangan yang dilaporkan mengenai hilangnya Pesawat Malaysia Airlines. Dia menanti anak lelakinya yang berada di dalam pesawat tersebut.

"Anakku umurnya 40 tahun. Anakku.. Anakku.. Apa yang harus ibu lakukan untuk menemukanmu?" tanya ibu itu.

Saat itu, hari Senin (10/3), ibu itu berada di dekat ruang konferensi pers terkait hilangnya Malaysia Airlines, di Hotel Lido, Beijing, China. Pihak keluarga penumpang Malaysia Airlines hingga saat itu masih menunggu perkembangan kabar mengenai keberadaan pesawat dan kondisi penumpang. Namun sudah tiga hari, pencarian belum menemukan titik terang.

Perkembangan terakhir, Angkatan Laut Vietnam telah menemukan sebuah objek yang mengambang di perairan dekat Pulau Tho Chu, Vietnam. Benda itu kemudian menjadi fokus pencarian oleh Vietnam National Search and Rescue (VNSR). Menurut juru bicara VNSR Hung Nguyen, helikopter sulit untuk mendekati titik objek karena cuaca yang kurang mendukung.

Pada awalnya, empat negara yakni China, Vietnam, Singapura dan Malaysia, bergabung melakukan pencarian atas keberadaan burung baja berusia 11 tahun tersebut. Mayoritas dari penumpang Malaysia Airlines berkewarganegaraan China. Terdapat tujuh penumpang asal Indonesia yang hingga kini juga belum mendapat info lebih lanjut. Keluarga sudah dimintai sampel DNA untuk mengantisipasi hal terburuk.

Sahabat, di saat susah orang mesti memiliki sikap solider terhadap sesamanya. Inilah semangat orang beriman. Semangat ini tentu dilandasi oleh semangat kasih terhadap sesama yang menderita. Orang memiliki kasih yang begitu mendalam terhadap sesamanya. Dengan kasih itu, orang berani berkorban bagi sesamanya.

Kisah di atas memberi kita inspirasi agar dalam kesulitan hidup, kita mau memiliki hati yang berbelarasa terhadap sesama kita. Ibu itu masih kehilangan anaknya. Ia ingin agar anaknya segera ditemukan bersama pesawat yang hilang itu. Ia ingin anaknya ditemukan dalam keadaan hidup. Dengan demikian, ia boleh berjumpa dengan anaknya itu.

Berbelarasa terhadap sesama yang menderita berarti kita mau menyertai sesama itu. Kita mau mengatakan kepada sesama itu bahwa ia tidak sendirian memikul beban hidupnya. Penderitaan yang ia hadapi juga merupakan penderitaan kita. Dengan demikian, sesama itu mengalami ketenangan dalam hidupnya. Sesama itu tidak merasa cemas secara berlebihan.

Memang, tidak gampang kita ambil bagian dalam penderitaan sesama kita. Lebih mudah kita berdiri jauh-jauh dan mengatai-ngatai sesama itu. Atau lebih mudah kita memberi nasihat-nasihat manis kepadanya. Persoalannya adalah sesama itu tidak membutuhkan nasihat-nasihat manis. Yang dibutuhkan adalah ada teman seperjalanan yang mengerti tentang penderitaanya.

Sebenarnya, ketika kita memiliki belas rasa terhadap sesama yang sedang menderita, kita mau mengatakan bahwa bukan hanya diri kita yang peduli terhadapnya. Lebih dari itu, Tuhan yang peduli terhadap dirinya. Tuhan menyapa dirinya melalui gerak-gerik kita. Tuhan tetap bekerja dalam meringankan beban hidup manusia melalui penyertaan kita.

Mari kita terus-menerus memberikan harapan kepada sesama yang menderita melalui penyertaan kita. Dengan demikian, semakin banyak orang mengalami damai dan sukacita dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1149

Tuhan Mengampuni Dosa Kita

 
Apa yang Anda lakukan ketika Anda jatuh ke dalam dosa? Anda mau berbalik lagi kepada Tuhan? Atau Anda tetap berada dalam kuasa dosa itu?

Zaman sekarang menawarkan pesona untuk tampil beda. Berbagai teknologi dan kemudahan ‘operasi plastik’ membuat banyak orang berubah hingga sulit dikenali. Tak jarang orangtua sendiri tidak mengenali anaknya yang sudah lama pergi dan sekarang pulang kembali.
  
Bisa saja cerita yang beredar dulu, sekarang menjadi berubah pula. Misalnya, cerita tentang anak durhaka yang sudah hilang lalu pulang kembali ke rumah setelah menghambur-hamburkan harta orangtuanya. Ia pulang karena ia mengalami penderitaan hidup yang pahit.

Bapa yang mendapat SMS bahwa anaknya mau pulang sudah menunggu penuh harap sedari pagi. Setiap kali orang datang dari kejauhan, ia berlari menyongsong dengan penuh semangat. Tetapi ia tidak mendapatkan putranya itu, sampai ia lelah dan putus asa. Lalu pada senja hari, seseorang tiba-tiba memeluknya malah dari arah yang lain, dari belakang.

“Bapa, ini saya. Anakmu!” kata orang itu.

Sayang, sang ayah tidak mengenalinya lagi. Mengapa? Karena orang yang memeluknya itu kurus kering. Tinggal kulit pembalut tulang. Tubuhnya lemas dan berbau busuk.

“Kamu itu siapa? Kok berani-beraninya panggil saya bapak? Anak saya tidak seperti kamu…” Tanya bapak itu dengan suara bergetar.

Sang anak menjadi sedih, karena tidak dikenali sebagai anak bapak itu. Namun ia tidak mau menyerah. Ia berusaha untuk meyakinkan bapaknya bahwa dialah anak yang pernah sangat dikasihinya.

“Kalau bapak tidak yakin, saya ini anak bapak, silahkan pegang dagung saya. Dulu bapak sangat suka memegang dagu saya, karena ada tahi lalat yang besar. Tahi lalat itu masih ada, bapak,” kata anak itu.

Setelah memegang dagu anaknya, ia merasakan hadirnya tahi lalat itu. Ia pun memeluk anaknya dengan penuh sukacita. Bukan lagi sang anak yang memeluk, tetapi inisiatif diambil alih oleh sang ayah. Suatu kemesraan bapak terhadap anak ia temukan kembali. Ia merasakan kehadiran anaknya itu begitu dekat.

Sahabat, dunia memang berubah. Artinya, manusia pun berubah setiap saat sesuai dengan perjalanan zaman. Namun perubahan itu semestinya membuahkan hal-hal yang berguna bagi kehidupan bersama. Yang mesti kita yakini adalah Tuhan yang tidak pernah berubah dalam mencintai kita. Tuhan mengasihi kita tanpa memikirkan perubahan yang terjadi dalam diri kita.

Kisah di atas menjadi inspirasi bagi kita untuk menjalani hidup bersama Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Tuhan tidak pernah melupakan kita. “Bahkan seorang ibu melupakan anak kandungnya, tetapi Tuhan tidak akan pernah melupakan ciptaan-Nya,” kata Nabi Yesaya.

Keyakinan ini yang semestinya kita bawa dalam seluruh hidup kita. Tuhan selalu menyayangi kita, apa pun yang terjadi atas diri kita. Tuhan bahkan selalu setia kepada kita meskipun kita mengingkari diri-Nya. Cinta Tuhan itu total. Cinta Tuhan itu untuk kita tidak terbagi-bagi. Bahkan Tuhan mengasihi setiap kita sesuai dengan kemampuan dan segala yang kita punya.

Karena itu, orang beriman mesti memasrahkan seluruh dirinya kepada penyelenggaraan Tuhan. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin bermakna. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

01 September 2014

Melakukan Pekerjaan dengan Hati yang Tulus



Ketika melakukan suatu pekerjaan, apa yang Anda pikirkan? Saya yakin, Anda berpikir akan seberapa besar keuntungan yang akan Anda raih dari pekerjaan itu.

Seorang Kakek hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky (Amerika Serikat) dengan cucu lelakinya yang masih muda. Setiap pagi kakek itu bangun lebih awal dan membaca Alkitab di meja makan di dapurnya. Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya. Ia mencoba untuk menirunya dengan cara apapun semampunya.

Suatu hari sang cucu bertanya, "Kakek! Aku mencoba untuk membaca Alkitab seperti yang kakek lakukan, tetapi aku tidak memahaminya. Apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Alkitab?"

Dengan tenang, sang Kakek dengan mengambil keranjang tempat arang, memutar sambil melobangi keranjangnya, ia menjawab, "Bawa keranjang ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air."

Sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek. Tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Kakek itu tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi."

Ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tersebut untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi. Akhirnya sang cucu mengambil ember sebagai gantinya.

Sang kakek berkata, "Aku tidak mau ember itu. Aku hanya mau keranjang arang itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup."

Lantas sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucunya itu. Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil. Tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, biar sekali pun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah. Sekali lagi sang cucu mengambil air dari dalam sungai. Ia berlari sekuat tenaga menghampiri kakeknya. Tetapi ketika ia sampai di depan kakeknya, keranjang itu sudah kosong lagi.

Sambil terengah-engah, ia berkata, "Lihat Kek, percuma!"

Kata kakeknya, "Jadi kamu pikir percuma? Lihatlah keranjangnya.”

Sang cucu menurut. Ia melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu TELAH BERUBAH dari keranjang arang yang tua kotor dan kini BERSIH LUAR DAN DALAM.”

Sahabat, manusia sering menghitung untung rugi dalam mengerjakan sesuatu. Kalau suatu pekerjaan itu menguntungkan secara materi, orang akan meneruskannya. Orang akan dengan senang hati mengerjakannya. Namun kalau tidak mendapatkan keuntungan secara materi, serta merta orang meninggalkannya.

Kisah tadi memberi kita inspirasi untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa menghitung untung rugi secara materi. Ternyata yang kita kerjakan itu memiliki manfaat yang besar. Keranjang arang yang kotor itu kemudian menjadi bersih. Dengan demikian, keranjang arang itu menjadi indah dipandang mata.

Orang beriman mesti melakukan suatu pekerjaan dengan hati yang tulus. Apalagi yang dikerjakan itu demi suatu tindakan kasih bagi sesamanya. Untuk itu, orang mesti mengingat kebaikan Tuhan atas dirinya. Tuhan senantiasa memberikan rahmat demi rahmat yang gratis bagi manusia. Tuhan tidak pernah menghitung untung atau rugi saat menciptakan manusia. Bagi Tuhan, yang penting adalah manusia mengalami sukacita dan damai dalam hidupnya.

Mari kita melakukan hal-hal yang baik dengan hati yang tulus. Dengan demikian, kita dapat mengalami damai dan sukacita dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

1147

Membiarkan Diri Dipenuhi Kedamaian



Apa yang Anda kejar dalam hidup ini? Saya yakin, Anda sedang mengejar damai untuk perjalanan hidup Anda.

Suatu hari, sepasang suami istri yang sudah tua hendak melakuakn suatu perjalanan. Berbagai persiapan mereka lakukan untuk mencapai tujuan perjalanan mereka. Perjalanan itu akan mereka tempuh dalam waktu yang lama dengan naik turun bus umum. Namun mereka merasa perjalanan akan berlangsung mudah, karena mereka sudah terbiasa bepergian dengan kendaraan umum.

Sebelum mereka melakukan perjalanan itu, mereka berdoa sejenak di ruang tengah rumah. Mereka ingin agar perjalanan itu bukan hanya suatu perjalanan manusiawi. Perjalanan itu juga menjadi suatu perjalanan rohani bagi mereka. Lantas mereka pun melangkahkan kaki menuju terminal.

Lantas dengan karcis yang ada, mereka naik ke dalam bus yang akan memberangkatkan mereka. Wajah suami istri itu berseri-seri. Mereka ingin menikmati perjalanan yang membahagiakan. Mereka ingin mengalami damai dalam hidup. Damai itu mesti dikejar, tidak hanya menunggu damai itu datang.

Di suatu pemberhentian, sang suami bertanya kepada isterinya, “Mak, apakah mama tidak lupa mengunci semua kunci? Bagaimana dengan kucing kesayangan kita? Apakah sudah diserahkan kepada cucu kita?”

Sang istri terkejut mendengar pertanyaan-pertanyaan dari suaminya. Ia pun memeriksa tasnya, apakah ia membawa kunci. Kunci ia bawa, tetapi apakah ia mengunci semua pintu? Ia merasa ragu. Dan kucing kesayangan mereka? Hmm ternyata sang cucu belum mengambilnya. Kucing itu masih tertidur di dapur.

Ia menjadi resah. Namun ia merasa tenang-tenang saja. Ia tidak ingin perjalanannya terganggu. Ia yakin, cucunya akan datang ke rumahnya. Sang cucu akan mengunci rumah, kalau belum dikunci. Sang cucu akan mengambil kucing.

Ia berkata kepada suaminya, “Bapak tidak usah kuatir. Semuanya akan berjalan dengan baik.”

Sahabat, banyak orang kuatir akan hal-hal yang kurang penting dalam hidup ini. Seolah-olah hal-hal itu sungguh-sungguh menguasai hidup mereka. Akibatnya, orang tidak merasa tenang dalam hidupnya. Orang merasa kedamaian masih jauh dari harapan. Orang mengalami kegundahan dalam hidupnya.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk menjalani hidup ini dengan tidak kuatir. Sang nenek ingin hidupnya lebih damai. Ia tidak ingin dikuasai oleh hal-hal yang tidak perlu. Biarlah harta kekayaan bukan menjadi yang utama dalam hidupnya. Biarlah hidup yang damai menjadi segala-galanya dalam pergumulan hidupnya.

Bagi orang beriman, harta kekayaan bukanlah segala-galanya. Mengapa? Karena harta kekayaan itu dapat binasa. Habis dimakan zaman. Memang, tanpa harta kekayaan kita tidak dapat hidup dengan damai dan sejahtera. Untuk itu, orang mesti menyerahkan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan.

Kecemasan atau kekuatiran hanya akan menambah beban hidup manusia. Orang mesti berani meninggalkan kecemasan hidupnya untuk meraih damai yang gilang-gemilang. Untuk itu, kita mesti berani berjuang untuk merebut damai dalam hidup ini. Jangan kita hanya duduk-duduk mengharapkan damai dengan penuh kecemasan turun dari langit. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1146

Memancarkan Persahabatan kepada Sesama


Apa yang Anda lakukan ketika Anda mesti membangun persahabatan dengan sesama Anda? Anda biarkan saja persahabatan itu berlangsung hanya untuk Anda sendiri? Atau Anda mau memancarkan makna persahabatan itu bagi orang lain?

Di suatu warung bir, seorang pelanggan begitu datang selalu memesan tiga gelas bir. Katanya, itu karena ia mengingat dua saudaranya yang terpisah jauh. Tiga gelas bir pesanannya itu, satu untuk dirinya sendiri. Dua gelas yang lain untuk mengenang masing-masing saudaranya. Namun ketiga gelas berisi bir itu diminumnya sendiri.

Hari ini ketika pelanggan itu datang, pemilik warung sudah menyediakan tiga gelas bir. Namun ia menolak. Ia hanya mengambil dua saja.

Pemilik warung itu bertanta, “Lho, ada apa?” Ia menarik kembali satu gelas bir.

Dengan nada sedih, pelanggan itu berkata, “Satu orang saudara saya baru saja dipanggil oleh yang mahakuasa. Dia kena serangan jantung beberapa hari yang lalu.”

Kata pelanggan itu penuh haru, “Ah, saya ikut berduka cita atas meninggalnya saudara Anda.”

Sahabat, dalam hidup ini ada berbagai cara orang membangun relasi dengan sesamanya. Ada yang membangun relasi itu dengan sering menelephon atau sms teman atau saudara-saudaranya. Ada yang mengirim bunga waktu sahabatnya berulang tahun. Ada yang mengunjungi teman-teman atau saudara-saudaranya untuk membangun persaudaraan yang lebih baik.

Kisah di atas agak unik. Pelanggan itu ingin menghadirkan dua saudaranya dalam dua gelas bir. Dengan minum tiga gelas bir itu, ia berharap mampu mengingat dua saudaranya. Ia ingin mendekatkan dua saudaranya yang tinggal jauh itu dengan dirinya. Tentu saja diharapkan bahwa pelanggan warung bir itu tidak mabuk.

Bagaimana Anda membangun persahabatan Anda? Tentu Anda akan memilih cara membangun persahabatan yang dapat Anda laksanakan dalam hidup sehari-hari. Anda tentu tidak ingin membuat suatu cara yang ekstrim yang justru akan mencelakakan diri Anda. Lebih dari itu, Anda ingin persahabatan Anda membawa sukacita dan damai dalam hidup ini.

Orang beriman mesti membangun persahabatan yang membahagiakan semua orang. Tentu saja orang beriman menyisihkan bentuk-bentuk persahabatan yang hana memusatkan pada diri sendiri. Orang tidak hanya mencari keuntungan bagi diri sendiri. Justru orang ingin agar persahabatan itu membangun kebaikan bersama. Dengan demikian, kebahagiaan tidak hanya menjadi milik diri sendiri. Kebahagiaan menjadi milik semua orang yang membangun persahabatan itu.

Bahkan sebuah persahabatan mesti memancar keluar dari lingkungan sekitarnya. Persahabatan mesti mempengaruhi kehidupan masyarakat yang lebih luas. Mengapa? Karena sebuah masyarakat itu dibangun dari pribadi-pribadi atau orang per orang. Persahabatan dua orang mesti mampu memancarkan kebaikan bagi semua orang yang ada di sekelilingnya.

Seterusnya persahabatan itu bertumbuh dan berkembang seperti rumpun bambo atau pisang yang kian besar. Persahabatan membawa orang hidup dalam damai meski orang mesti bersentuhan dengan sesamanya yang tidak seagama, sesuku, satu ras, atau satu profesi.

Mari kita membangun persahabatan kita dengan memancarkannya kepada sesama kita. Dengan demikian, hidup bersama kita menjadi lebih baik. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ)

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1145