Pages

06 Desember 2013

Menyadari Makna Kehadiran Anak-anak



Anak-anak adalah generasi penerus dari orangtua. Apa yang akan Anda lakukan terhadap anak-anak Anda, ketika ia mengajukan berbagai pertanyaan yang tampaknya mengganggu ketenangan diri Anda?

Ada seorang ibu yang mempunyai seorang anak yang sedang bertumbuh. Anak itu baru berusia tiga tahun. Namun anak itu sangat aktif. Ia ingin tahu tentang banyak hal. Karena itu, apa saja yang dilihatnya ditanyakan kepada ibunya. Ia sungguh-sungguh merepotkan ibunya. Namun sang ibu dengan penuh sukacita menjawab setiap pertanyaan sang anak. Sang ibu merasa tidak dibebani oleh pertanyaan-pertanyaan anaknya.

Suatu hari, sambil memegang cover sebuah majalah, anak itu bertanya kepada ibunya, “Ma… gambar apa ini?”

Waktu itu ibunya sedang memasak di dapur. Ibunya tampak sangat sibuk. Tetapi ia meninggalkan masakannya. Ia memangku sang anak lalu mulai menjelaskan makna dari cover majalah itu. Sang anak begitu gembira mendengarkan penjelasan sang mama tercinta. Ia tersenyum dan tertawa besar-besar. Ia merasa puas atas penjelasan sang mama.

Tiba-tiba isi wajan menjadi gosong. Cepat-cepat ibu itu melepaskan anaknya dari pangkuannya. Ia bergegas menuju wajan yang gosong. Ia geleng-geleng kepala, karena makanan yang gosong itu. Tetapi ia tidak menyesal. Ia telah memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Ia membangun kedekatan hatinya dengan sang anak.

Ketika ditanya tentang situasi itu, ibu itu berkata, “Memasak sudah biasa saya lakukan. Saya akan melakukannya sepanjang hidup saya. Tetapi menjawab pertanyaan yang polos dari anak saya, tidak akan terulang lagi. Ini kesempatan yang baik bagi saya untuk membimbing dirinya.”

Sahabat, banyak orangtua sering meninggalkan anak mereka sendirian dalam hidup mereka. Mereka merasa waktu mereka selalu disita oleh kesibukan-kesibukan pekerjaan. Mereka harus melakukan banyak hal untuk menghidupi keluarga mereka. Karena itu, sering anak-anak kurang mendapatkan perhatian dari orangtua mereka. Banyak anak yang menjadi korban dari pendidikan yang salah.

Tidak usah heran, kalau banyak anak kurang mengalami kasih sayang dari orangtua. Banyak anak jauh dari orangtua. Akibatnya, banyak dari mereka terjerumus ke dalam kekelaman dosa. Banyak anak yang tidak tahu masa depan mereka. Mereka mengalami masa depan yang suram. Karena itu, narkoba, seks bebas menjadi konsumsi mereka sehari-hari.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk memiliki hati untuk orang-orang yang terdekat dengan kita. Seorang ibu mesti memiliki kedekatan dengan anak-anaknya. Seorang ibu tidak boleh membiarkan anak-anaknya berjuang sendirian untuk mencari dan menemukan makna kehidupan ini. Seorang anak mesti menemukan makna kehidupan ini dari orang-orang yang terdekat dengannya.

Karena itu, yang dibutuhkan dari para orangtua adalah komitmen untuk tetap setia mendampingi anak-anaknya. Kesibukan-kesibukan dalam berbagai bidang kehidupan bukan menjadi alasan untuk meninggalkan perhatian mereka terhadap anak-anak. Orangtua mesti merefleksikan pentingnya kehadiran buah hati mereka dalam hidup perkawinan itu.

Anak-anak adalah generasi penerus keluarga atau orangtua. Ini yang mesti selalu disadari. Kalau seorang anak sungguh-sungguh mengalami kasih sayang dari orangtua, ia akan merasakan hidup yang damai. Ia memiliki pegangan hidup yang pasti. Ia mengalami ada orang yang sungguh-sungguh peduli terhadap hidupnya. Dengan demikian, ia mengalami sukacita dan bahagia dalam hidupnya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1000

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.